Lantas, Casemiro dimasukan sejak babak kedua. Marcus Rashford pun menyusul. Pergantian itu mengubah jalannya laga dan menjadi kunci kemenangan MU.
Namun, efeknya pada faktor fisik pemain. Alih-alih memberikan waktu istirahat untuk para pemain penting, namun situasi permainan tim tak mengizinkannya. Maka, Ten Hag pun harus memainkan para pemain tersebut.
Akibat lanjutnya, para pemain tak benar-benar pulih dari kelelahan. Hal itu bisa terlihat ketika MU meladeni permainan cepat dan intens ala Liverpool.
Kedua, efek kelelahan yang pengaruhi konsentrasi pemain.Â
Ditilik dari gol-gol yang tercipta, konsentrasi lini belakang MU begitu buyar di babak kedua. Ten Hag bahkan menilai performa anak-anak asuhnya tak profesional lantaran pemain belakang yang tak sigap meladeni serangan balik dan transisi permainan dari penyerang Liverpool.
Moh Salah, Darwin Nunez, 1 gol dari Gakpo dan Roberto Firmino di babak kedua merupakan buah dari lemahnya konsentrasi para pemain belakang MU. Konsentrasi itu lemah bisa dipengaruhi oleh kondisi fisik yang tak prima.
Ketiga, efek selanjutnya untuk MU adalah mencari prioritas utama.Â
Barangkali MU pun perlu berpikir untuk mencari target utama setelah tumbang sangat menyakitkan dari Liverpool di Anfield.
Meraih 3 gelar lainnya memang tak mustahil. Akan tetapi, situasi bisa rumit apabila MU tak mempunyai keseimbangan skuad yang mumpuni untuk memenuhi tuntutan demi tuntutan dari setiap kompetesi.
Bagaimana pun, faktor fisik bisa menjadi salah satu tuntutan yang perlu diantisipasi agar bisa tampil konsisten. Namun, keterbatasan pemain malah bisa menjadi tantangan. Maka dari itu, MU barangkali perlu menimbang trofi yang patut menjadi prioritas dan disesuaikan dengan kondisi skuad.
Kekalahan dari Liverpool pun menjadi pelajaran berharga untuk MU. Pada akhirnya, kekalahan harus dihadapi walaupun begitu berat untuk ditimbang lantaran terjadi dengan rival sejati.