Vietnam dan Thailand Pertegas Dominasi dan Pelajaran untuk Indonesia

Sebaliknya, Thailand menunjukkan mentalitas juara. Kendati kalah 0-1 ddi leg pertama di kandang Malaysia, Thailand mampu menunjukkan mentalitas juara saat Malaysia bertadang ke Thailand.  

Tak tanggung-tanggung, Thailand langsung meruntuhkan keunggulan 1 gol Malaysia dengan 3 gol tanpa balas. Thailand menunjukkan mentalitas juara saat bermain di kandang sendiri. 

Ya, mentalitas pemenang harus menjadi bagian dari sistem permainan sebuah tim. Tanpa mentalitas itu, kualitas permainan pun bisa mandek walau dihuni oleh banyak pemain berkualitas. 

Memang, sangat sulit menggenjot mentalitas para pemain. Terlebih lagi, para pemain lebih mementingkan kualitas pribadi atau pun ambisi pribadi.

Mentalitas pemenang hanya bisa tercapai apabila setiap pemain bersatu dan kompak untuk mencapai satu hasil yang satu dana sama. 

Ditambah lagi mentalitas tidak pantang mundur dalam menghadapi pelbagai situasi. Thailand membuktikannya. Ketika kalah 1-0 di kandang Malaysia, Thailand tak patah arang. 

Leg kedua membuktikan daya juang tim yang berjuluk Gajah Putih ini. Malaysia harus pulang dengan tangan kosong lantaran kandas di hadapan daya juang pemain Thailand. 

Vietnam dan Thailand pantas masuk final karena menunjukkan kualitas yang tak dimiliki oleh Indonesia. Alih-alih melihat ketimpangan yang terjadi atau pun mengevaluasi kelemahan tim lawan, lebih baik Indonesia segera berbenah. 

Pembenahan itu melingkupi niat untuk belajar dari kelebihan dari tim-tim yang dimiliki oleh negara-negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.

Thailand sudah lama terhitung sebagai raksasa sepak bola Asia Tenggara. Vietnam baru muncul pada satu dekada terakhir. 

Di tahun 90-an, Vietnam sempat berada di bawah Indonesia. Namun, perubahan telah terjadi dengan Vietnam dan perubahan itu melampaui kemampuan Indonesia.