Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penyesalan Setelah Hari Raya dan Cara Mengatasinya

2 Januari 2023   19:45 Diperbarui: 2 Januari 2023   20:24 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hari raya. Foto: Pexels/picjumbo.com via Kompas.com

Dua hari raya baru saja berakhir. Hari raya Natal bagi umat Kristen dan hari raya Tahun Baru. 

Kedua hari ini kerap dirayakan dengan cara yang cukup meriah. Liburan bersama menjadi pemandangan yang lumrah.

Bagi umat Kristen yang merayakan Natal, kemeriahannya tak hanya berkaitan dengan aspek spiritual, tetapi juga soal fisik. 

Hal itu nampak lewat tingkat konsumsi makanan dan minuman, pembelian baju baru, dekorasi di gereja, di rumah, dan tempat strategis tertentu hingga memanfaatkan momentum diskon-diskon penjualan pada hari raya. 

Tak ayal, jumlah biaya yang dikeluarkan relatif tinggi daripada hari-hari biasanya.

Sama halnya dengan perayaan Tahun Baru. Ambil contoh, sejauh yang saya amati di Filipina, di mana saya sementara menetap, Tahun Baru menjadi salah satu perayaan besar.

Mudik untuk berlibur dan berkumpul bersama keluarga menjadi pemandangan yang lazim terjadi setiap tahun baru. Malam tahun baru dirayakan secara meriah. Tingkat pembelian kembang api meningkat. 

Piknik bersama keluarga menjadi salah satu alternatif menghabisi hari pertama di tahun baru. Kumpul keluarga dihiasi dengan jumlah makanan dan minuman yang berlimpah. 

Seperti natal, biaya yang dikeluarkannya juga relatif tinggi. Tantangannya saaat harga di pasaran juga naik. Ketika  kemeriahan yang dikedepankan, harga pun tak begitu dipedulikan. 

Masalahnya muncul setelah perayaan itu telah berlalu. Tak jarang ada penyesalan yang terjadi. 

Penyesalan itu bisa disebabkan karena  sejumlah makanan dan minuman yang tak terkonsumsi. Gegara tak ada yang mengonsumsi, ada makanan yang terbuang percuma gegara basi atau pun sudah tak layak dikonsumsi. 

Hal ini kerap terjadi karena hampir tiap rumah menyiapkan hidangan untuk tahun baru. Tanpa pertimbangan tertentu, tak sedikit orang yang lebih memilih kelimpahan daripada mempertimbangkan kemampuan anggota keluarga mengonsumsi makanan tersebut ataukah tidak. 

Padahal, kalau setiap keluarga menyiapakan makanan dan minuman, tiap orang pun mengukur jumlah makanan seturut jumlah anggota keluarga serta menyiapkan sedikit untuk tamu yang kemungkinan datang bertamu.

Toh, umumnya yang terjadi orang lebih cenderung datang bersilahturahmi dan bukannya datang untuk menikmati makanan dan minuman yang disiapkan.

Ketika tak dikonsumsi habis, kadang muncul penyesalan karena telah menghabiskan anggaran yang seharusnya tak perlu. 

Belum lagi, penghabisan anggaran untuk membeli baju baru untuk dipakai saat perayaan natal atau pun tahun baru. 

Penyesalan itu terjadi tatkala baju itu hanya menambah deretan baju yang sudah penuh memenuhi lemari pakaian. Jadinya, baju yang dipakai sewaktu tahun baru jarang terpakai karena masih ada pakaian lain yang ada di lemari pakaian.

Pendek kata, penyesalan setelah hari raya terjadi karena anggaran yang dihabiskan tetapi malah tak memberikan kepuasan yang cukup bernilai. Kita menyesal karena banyak makanan yang terbuang, baju yang bertumpuk, dan barang-barang baru yang kemudian tak terpakai. 

Belum lagi, penyesalan pada kesalahan dalam pemanfaatan waktu selama hari raya. Tak sedikit orang yang lebih menghabiskan waktu bersama teman-temannya sewaktu mudik, dan tak begitu peduli untuk berada bersama keluarga.

Ketika masa liburan berakhir, baru ada penyesalan karena tak begitu menghabiskan waktu bersama keluarga. Jadinya, mudik untuk berada bersama keluarga tak bernilai lantaran lebih menghabiskan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang tak penting. 

Selain itu, penyesalan juga terjadi karena tak mengontrol diri dalam mengonsumsi makanan. Dalam mana, lebih memikirkan kenikmatan dari makanan yang disiapkan daripada kondisi fisik yang tak mengijinkan untuk mengonsumsi makanan tertentu. 

Beberapa hari lalu harus dirawat karena menderita sakit lambung yang cukup parah. Hal itu terjadi bukan karenan kekurangan makanan, tetapi karena tak mengontrol diri dalam mengonsumsi makanan dan minuman.

Penyesalan baru tiba saat sudah berbaring di rumah sakit. Penyesalan karena tak kontrol diri dalam  mengonsumsi makanan.

Agar efek hari raya tak menimbulkan penyesalan, kita pun perlu membuat  perencanaan yang jelas. Perencanaan itu bisa berupa anggaran yang perlu dikeluarkan untuk perjalanan mudik, makanan dan minuman, faktor kondisi fisik selama menikmati hari raya, hingga pembelian barang-barang tertentu seperti pakaian. 

Perencanaan itu meliputi pertimbangan dalam menilai apakah yang dibelanjakan itu dibutuhkan ataukah tidak. Jika tak dibutuhkan, maka kita perlu menangguhkannya. Daripada kita berbelanja hanya demi kepuasaan sesaaat, lebih baik kita melihat kebutuhan yang mendesak. 

Selain itu, perencanaan itu juga menyangkut  alokasi waktu yang kita habiskan selama hari raya. Agar hari raya itu bermakna, kita perlu tahu bagaimana dan di mana kita menghabiskannya. Tujuannya agar kita benar-benar menikmatinya dan kemudian memetik pelajaran berharga dari apa yang kita jalankan selama hari raya.

Tentu saja, kita ingin agar hari raya yang kita jalankan memberikan arti untuk hidup kita dan bukannya penyesalan yang tak perlu. Maka dari itu, kita perlu membuat perencanaan yang jelas, teratur, dan bijak.

Salam

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun