Penyesalan itu bisa disebabkan karena sejumlah makanan dan minuman yang tak terkonsumsi. Gegara tak ada yang mengonsumsi, ada makanan yang terbuang percuma gegara basi atau pun sudah tak layak dikonsumsi.Â
Hal ini kerap terjadi karena hampir tiap rumah menyiapkan hidangan untuk tahun baru. Tanpa pertimbangan tertentu, tak sedikit orang yang lebih memilih kelimpahan daripada mempertimbangkan kemampuan anggota keluarga mengonsumsi makanan tersebut ataukah tidak.Â
Padahal, kalau setiap keluarga menyiapakan makanan dan minuman, tiap orang pun mengukur jumlah makanan seturut jumlah anggota keluarga serta menyiapkan sedikit untuk tamu yang kemungkinan datang bertamu.
Toh, umumnya yang terjadi orang lebih cenderung datang bersilahturahmi dan bukannya datang untuk menikmati makanan dan minuman yang disiapkan.
Ketika tak dikonsumsi habis, kadang muncul penyesalan karena telah menghabiskan anggaran yang seharusnya tak perlu.Â
Belum lagi, penghabisan anggaran untuk membeli baju baru untuk dipakai saat perayaan natal atau pun tahun baru.Â
Penyesalan itu terjadi tatkala baju itu hanya menambah deretan baju yang sudah penuh memenuhi lemari pakaian. Jadinya, baju yang dipakai sewaktu tahun baru jarang terpakai karena masih ada pakaian lain yang ada di lemari pakaian.
Pendek kata, penyesalan setelah hari raya terjadi karena anggaran yang dihabiskan tetapi malah tak memberikan kepuasan yang cukup bernilai. Kita menyesal karena banyak makanan yang terbuang, baju yang bertumpuk, dan barang-barang baru yang kemudian tak terpakai.Â
Belum lagi, penyesalan pada kesalahan dalam pemanfaatan waktu selama hari raya. Tak sedikit orang yang lebih menghabiskan waktu bersama teman-temannya sewaktu mudik, dan tak begitu peduli untuk berada bersama keluarga.
Ketika masa liburan berakhir, baru ada penyesalan karena tak begitu menghabiskan waktu bersama keluarga. Jadinya, mudik untuk berada bersama keluarga tak bernilai lantaran lebih menghabiskan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang tak penting.Â
Selain itu, penyesalan juga terjadi karena tak mengontrol diri dalam mengonsumsi makanan. Dalam mana, lebih memikirkan kenikmatan dari makanan yang disiapkan daripada kondisi fisik yang tak mengijinkan untuk mengonsumsi makanan tertentu.Â