Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tangan Dingin Didier Deschamps dan Alasannya Perancis Tetap Mempertahankannya

20 Desember 2022   20:17 Diperbarui: 21 Desember 2022   02:46 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih timnas Perancis, Didier Deschamps. Foto:Jack Guez/AFP via Kompas.com

Timnas Perancis pantas pulang dengan kepala tegak dari Piala Dunia Qatar. Selain masuk final dan berstatuskan runner up, timnas Perancis berhasil memukau pecinta sepak bola. 

Kendati sudah defisit dua gol atas timnas Argentina, tim berjuluk dari Ayam Jantan ini berhasil memaksa Argentina untuk bermain hingga perpanjangan waktu. Bahkan di perpanjangan waktu, Perancis juga tolak tunduk tatkala Argentina sudah unggul 3-2. 

Juga, timnas Perancis mematahkan kutukan yang menimpa juara bertahan di tiga piala dunia terakhir. Italia yang menjadi juara 2010 tak lolos dipenyisihan grup 4 tahun kemudian di Afrika Selatan.

Kemudian, Spanyol juara di Afrika Selatan kandas di penyisihan grup di Brasil. Nasib yang sama juga untuk Jerman yang kandas di penyisihan grup pada piala dunia di Rusia. 

Perancis mematahkan kutukan itu. Perancis tak hanya melewati penyisihan grup, tetapi Perancis juga berhasil tembus final dan sekaligus menunjukkan bahwa kutukan tak mempan untuk tim berjuluk Les Blues ini.

Besar kemungkinan, Perancis akan menjadi penantang serius di Piala Dunia 2026 mendatang. Kylian Mbappe yang menjadi bintang di final piala dunia masih berusia 23 tahun. 

Di Piala Dunia 2026, Mbappe berada pada puncak usia karir terbaik. Ditambah lagi dengan beberapa pemain muda seperti Ousmane Dembele, Camavinga, Aurelien Tchouameni, dan Dayot Upamecano. 

Apabila dirunut lebih jauh, kehebatan timnas Perancis tak lepas dari polesan tangan dingin Didier Deschamps. 

Pelatih yang berhasil mengantarkan Perancis sebagai juara piala dunia 2018 ini berhasil mempertahankan level permain terbaik Perancis di tengah pelbagai isu dan kondisi tim yang tak memungkinkan.

Mulai dari persoalan cedera yang menimpa pemain penting seperti Paul Pogba dan N'Golo Kante. Kedua pemain ini menjadi aktor penting membantu Deschamps mengantarkan Perancis menjadi juara Piala Dunia 2018. 

Bahkan beberapa hari sebelum final Piala Dunia 2022, skuad Perancis dipusingkan dengan kondisi beberapa pemain yang terkena virus flu. 

Selain itu, Deschamps juga mampu mengontrol ruang ganti. Adrien Rabiot yang kadang menciptakan masalah mampu menggantikan peran Pogba di lini tengah. Selain itu, Deschamps juga menetralkan relasi antara Benzema dan Giroud.  

Belum lagi, keberhasilan Deschamps menghidupkan peran Antoine Griezmann di lini tengah Perancis. Mencatatkan 3 assist menunjukkan peran penting Griezmann dalam sistem permainan Perancis.

Griezmann mendapat peran bebas di lini tengah, sebagai penghubung lini belakang dan lini depan, dan posisinya bergerak untuk mencari bola. Akibatnya, Griezmann yang melempem di Barca ini berhasil mengeluarkan kemampuan terbaiknya dengan timnas Perancis. 

Juga, Deschamps berhasil memanfaatkan peran Oliver Giroud di lini depan. Giroud yang mencatatkan 4 gol berhasil keluar dari bayang-bayang Karim Benzema. 

Benzema yang kembali dipanggil oleh Deschamps ke timnas sejak Piala Eropa 2022 tak bisa bermain lantaran menderita cedera. 

Walau demikian, Deschamps tak begitu peduli mencari striker lain. Deschamps tetap memercayakan Giroud yang menjadi salah satu senjata rahasia Deschamps di Piala Dunia 2018. 

Pendek kata, peran Deschamps mengantarkan Perancis ke partai final Piala Dunia 2022 patut diapresiasi. Pelatih yang pernah membawa AS Monaco ke final piala Liga Champions 2004 ini telah menjadi figur penting untuk timnas Perancis.

Deschamps sangat mengenal kualitas timnya. Berkat reputasinya yang sudah berakar bersama timnas sejak sebagai pemain hingga menjadi pelatih di tahun 2012, Deschamps gampang mengontrol ruang ganti yang bertabur bintang dan bagaimana membangun timnas Perancis ke jalur yang tepat. 

Ya, dari sisi karier, Deschamps terbilang sebagai sosok yang dihormati karena prestasinya baik sebagai pemain maupun pelatih. Dia menjadi salah satu dari tiga pelatih yang meraih piala dunia sebagai pemain dan pelatih. 

Selain Deschamps, ada Franck Beckenbauer dan Mario Zagglo di Brasil yang pernah mencicipi piala dunia saat berstatuskan pemain dan pelatih. 

Faktor pengalaman itu membuat Deschamps sebagai sosok yang sangat penting pada penampilan Perancis. Jadinya, para pemain bintang tak hanya dekorasi yang mewarnai ajang piala dunia, tetapi para pemain itu mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya. 

Selain itu, Deschamps juga membangun sistem yang kuat di timnas. Deschamps tak ragu mempercayakan para pemain muda. Tak tanggung-tanggung, 12 pemain muda yang berusia di bawah 25 tahun ikut membantu Perancis ke partai final. 

Artinya, 4 tahun kemudian Perancis bisa saja berada di tempat yang sama. Para pemain muda ini sudah mengecap rasanya gagal dan mereka pun semakin matang menghadapi situasi sulit di setiap laga. 

Deschamps tak hanya membangun timnya untuk jangka yang pendek, tetapi sedang mempersiapkan jangka yang panjang. Makanya, peran dan pengaruh Deschamps bersama timnas pantas mendapat apresiasi. 

Dengan ini, timnas Ayam Jantan julukan Perancis perlu mempertahankan Deschamps di kursi pelatih. Pasalnya, Deschamps tetap mempertahankan performa Perancis pada level terbaik di tengah situasi yang mengitari tim.

Piala Eropa 2024 bisa menjadi salah satu landasan bagi Perancis untuk melihat proses yang sementara dibangun Deschamps saat ini. Kegagalan di final Piala Dunia bisa menjadi pelajaran berharga untuk Perancis sewaktu menghadapi Piala Eropa 2024.

Niat untuk mengganti Deschamps belum terlalu mendesak. Pasalnya, belum tentu pengganti bisa melakukan langkah yang sama yang telah dibuat oleh pelatih berusia 54 tahun ini. Bagaimana pun, hasil selalu bermula dari proses.

Deschamps sementara membangun proses yang baru, termasuk belajar dari kegagalan di Piala Dunia 2022. Pelajaran itu kelak berbuah positif apabila kesabaran untuk tetap mempertahankannya di kursi pelatih.

Salam Bola 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun