Dari sisi statistik ini, timnas Belanda sudah mengenal gaya Van Gaal. Van Gaal sendiri bukanlah wajah asing di kubu timnas Belanda.Â
Pasalnya, tiga kali mantan pelatih Manchester United sudah menukangi timnas Belanda, termasuk saat bermain di Piala Dunia 2014.
Jadi, Van Gaal terbilang sebagai sosok yang dihormati. Respek itu yang membuat pemain gampang mengikuti instruksi pelatih, walaupun gaya permainan tim menjauh dari identitas timnas dengan gaya Total Football. Â
Mengunci Messi sebagai sentral permaina Argentina bisa menjadi salah satu rencana Belanda dalam meladeni dan meredam permainan dan kekuatan Argentina.
Di posisi lain, timnas Belanda di tangan Van Gaal dikenal dengan permainan pragmatis. Taktiknya ini sempat dikritik lantaran Van Gaal berseberangan dengan gaya Total Football yang dibangun oleh Johan Cruyff.Â
Menyikapi kritik itu, Van Gaal mengakui bahwa tujuannya datang ke Qatar untuk memenangi trofi piala dunia.Â
Walau ada media asal Belanda yang mengritik permainan Belanda yang dinilai membosankan, Van Gaal tetap fokus pada tujuannya. Pulang dari Qatar sebagai juara turnamen.Â
Mengandalkan formasi 3-5-2 atau pun 3-4-1-2, Van Gaal cenderung memainkan serangan balik.Â
Metode ini pun akan menyulitkan Argentina. Terlebih lagi, Argentina hanya mengandalkan Messi dalam urusan menciptakan peluang ke gawan lawan.Â
Pernyataan Van Gaal secara tak langsung menjadi awasan kuat untuk kubu Argentina. Lionel Scaloni mempunyai tugas berat untuk meladeni permainan pragmatis Belanda sekaligus mencari cara untuk melepaskan ketergantungan pada Lionel Messi dalam pola permainan tim.Â
Van Gaal mengakui bahwa Lionel Messi memang menjadi kekuatan dari timnas Argentina. Namun, di lain pihak Van Gaal juga mengakui bahwa gaya Lionel messi bisa menjadi salah satu bahan yang bisa mengeksplotasi kelemahan Argentina.Â