Kekalahan timnas Iran dari Inggris (2-6) (21/11/22) dan Senegal dari Belanda (0-2) (22/11/22) menunjukkan dominasi tim-tim kuat di Piala Dunia 2022. Dua tim asal benua Eropa memberikan pesan tentang kesiapan mereka di Piala Dunia.
Untuk itu, tak ada kejutan, di mana tim-tim benua Asia atau pun Afrika menumbangkan tim-tim Eropa. Karenanya, tim-tim asal benua Afrika dan Asia masih perlu berupaya menyaingi kekuatan sepak bola negara-negara benua Eropa.
Tentu saja, pandangan ini masih partial. Dalam arti, tak semua tim- tim asal Afrika dan Asia tunduk begitu saja saat bertemu tim dari Eropa atau pun Amerika Latin.
Sebenarnya harapan masih ada, ketika melihat perkembangan sepak bola Jepang dan Korea Selatan. Atau pun, timnas Ghana yang mempunyai beberapa pemain yang berkiprah di liga-liga Eropa.
Kemenangan besar Inggris atas Iran memperjelas status favorit Inggris. Tim yang diasuh oleh Gareth Southgate ini langsung tancap gas dan menunjukkan kualitas beberapa pemain muda seperi B. Saka dan J. Bellingham.
Southgate pun seolah membungkam para pengeritik dengan keputusannya mengikutsertakan beberapa pemain seperti Harry Maguire, yang nota bene tampil tak meyakinkan bersama klub yang mereka bela.
Memang, di atas kertas Inggris sudah jelas diunggulkan atas Iran. Walau demikian, dengan sekelumit masalah persiapan timnas Inggris sebelum piala dunia tak sedikit yang meragukan finalis piala Eropa 2020 ini tampil meyakinkan.
Ketika Inggris membuktikan kedigdayaannya di Qatar dalam kualifikasi di grup B, timnas Belanda pun berhasil membungkam juara piala Afrika, Senegal. Juru taktik Van Gaal berhasil memberikan titik positif bagi performa Belanda pada piala dunia kali ini.
Kendati Senegal tak diperkuat oleh salah satu bintang terbaiknya Sadio Mane karena cedera, Senegal sendiri mempunyai beberapa pemain yang berkiprah di klub-klub Eropa. Terang saja, Belanda harus menunggu menit-menit akhir menciptakan gol ke gawang Senegal.
Artinya, Senegal cukup solid meladeni Belanda. Hanya saja, kesolidan itu tak bertahan hingga akhir laga.
Hasil laga antara Inggris kontra Iran dan Belanda kontra Senegal, pada tempat pertama, menunjukkan sisi kualitas negara-negara asal benua Eropa. Dominasi tim-tim Eropa tetap terjadi untuk turnamen sekelas piala dunia.
Di sisi lain, hal itu menunjukkan gap yang lebar antara tim-tim Eropa dan tim-tim benua Afrika dan Asia. Barangkali tim-tim asal Afrika masih bisa diperhitungkan karena faktor komposisi pemain yang banyak berkiprah di klub-klub di Eropa.
Dari benua Asia, tak begitu banyak pemain yang merasakan iklim sepak bola Eropa. Akibatnya sangat sulit bersaing di kancah internasional seperti Piala Dunia.
Bagaimana pun, kualitas sebuah tim ditentukan oleh pengalaman para pemain. Semakin para pemain mempunyai jam terbang yang tinggi, kualitas tim pun ikut terbantukan.
Selain itu, kekalahan Senegal dan Iran menunjukkan cara kerja sepak bola tiap negara. Minat dan bakatlah tak cukup apabila tak dibarengi dengan sistem pembinaan para pemain dan dibarengi dengan sistem kompetesi yang ketat dan sportif yang terbangun di dalam negeri.
Inggris mempunyai kompetisi terbaik di dunia. Sebagian besar para pemain yang dipanggil oleh Southgate bermain di klub-klub besar di Liga Inggris. Jadinya mereka sudah terbiasa menghadapi iklim turnamen internasional.
Sama halnya juga dengan timnas Belanda yang juga mempunyai pembinaan atlet muda. Umumnya, banyak pemain muda asal Belanda diminati dan ditarik oleh tim-tim besar di Eropa.
Berkaca dari tim-tim di Eropa, salah satu yang pasti bahwa kesuksesan sebuah tim bisa tercapai berkat pembinaan dan iklim kompetesi yang berkualitas.
Hal ini pun menjadi pelajaran berharga untuk tim-tim asal Asia dan Afrika. Bersaing ketat di Piala Dunia bisa terjadi bukan semata-mata faktor minat dan bakat, tetapi lebih juga pada faktor pembinaan dan iklim kompetesi yang dibangun oleh setiap negara.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H