Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Di Balik Kekalahan Iran dan Senegal

22 November 2022   08:10 Diperbarui: 22 November 2022   18:14 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inggris vs Iran.| Foto: AFP/Giuseppe Gacace via Kompas.com

Hasil laga antara Inggris kontra Iran dan Belanda kontra Senegal, pada tempat pertama, menunjukkan sisi kualitas negara-negara asal benua Eropa. Dominasi tim-tim Eropa tetap terjadi untuk turnamen sekelas piala dunia.

Di sisi lain, hal itu menunjukkan gap yang lebar antara tim-tim Eropa dan tim-tim benua Afrika dan Asia. Barangkali tim-tim asal Afrika masih bisa diperhitungkan karena faktor komposisi pemain yang banyak berkiprah di klub-klub di Eropa.

Dari benua Asia, tak begitu banyak pemain yang merasakan iklim sepak bola Eropa. Akibatnya sangat sulit bersaing di kancah internasional seperti Piala Dunia.

Bagaimana pun, kualitas sebuah tim ditentukan oleh pengalaman para pemain. Semakin para pemain mempunyai jam terbang yang tinggi, kualitas tim pun ikut terbantukan.

Selain itu, kekalahan Senegal dan Iran menunjukkan cara kerja sepak bola tiap negara. Minat dan bakatlah tak cukup apabila tak dibarengi dengan sistem pembinaan para pemain dan dibarengi dengan sistem kompetesi yang ketat dan sportif yang terbangun di dalam negeri.

Inggris mempunyai kompetisi terbaik di dunia. Sebagian besar para pemain yang dipanggil oleh Southgate bermain di klub-klub besar di Liga Inggris. Jadinya mereka sudah terbiasa menghadapi iklim turnamen internasional.

Sama halnya juga dengan timnas Belanda yang juga mempunyai pembinaan atlet muda. Umumnya, banyak pemain muda asal Belanda diminati dan ditarik oleh tim-tim besar di Eropa.

Berkaca dari tim-tim di Eropa, salah satu yang pasti bahwa kesuksesan sebuah tim bisa tercapai berkat pembinaan dan iklim kompetesi yang berkualitas.

Hal ini pun menjadi pelajaran berharga untuk tim-tim asal Asia dan Afrika. Bersaing ketat di Piala Dunia bisa terjadi bukan semata-mata faktor minat dan bakat, tetapi lebih juga pada faktor pembinaan dan iklim kompetesi yang dibangun oleh setiap negara.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun