Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Makna Kekalahan Qatar sebagai Tuan Rumah

21 November 2022   08:06 Diperbarui: 21 November 2022   08:10 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekuador vs Qatar. Foto: Kompas.com

Prediksi tak bisa lepas dari dunia sepak bola. Prediksi itu biasanya melingkupi tim mana yang akan menang, skor yang akan tercipta, hingga pemain yang bisa memberikan faktor pembeda dalam laga tersebut.

Kendati demikian, prediksi di atas kertas selalu berjalan terbalik dengan realitas di atas lapangan hijau. Artinya, ungkapan "bola itu bundar" masih menjadi faktor yang dikedepankan.

Dalam mana, laga yang berlangung selama 90 menit tetap menjadi penentu akhir, dan bukannya prediksi dari luar lapangan. Kecuali jika sudah pengaturan laga agar bisa menggolkan prediksi dan kepentingan tertentu.

Laga perdana piala dunia 2022 antara tuan rumah Qatar kontra Ecuador sedikitnya membalikkan prediksi dan penilaian yang beredar sebelum laga perdana ini berlangung. Ekuador menang 2-0 atas tuan rumah.

Hasil laga perdana ini pun menyatakan bahwa unsur dan status sebagai tuan rumah bukanlah menjadi hal utama dalam meraih kemenangan. Malahan, Ekuador yang sudah beberapa kali masuk piala dunia membungkam publik tuan rumah.

Kemenangan Ekuador ini pun menutup pintu rapat-rapat dugaan suap kepada para pemain Ekuador guna memberikan kemenangan kepada tuan rumah. Ya, sempat beredar gosip tak sedap pada pengaturan skor.

Isu itu pun sempat dibumbui pernyataan mantan Presiden FIFA Sepp Blater yang menyatakan bahwa pemilihan Qatar sebagai tuan rumah merupakan sebuah kekeliruan.

Sontak saja, wajah Qatar sebagai tuan rumah mendapatkan nada sinis. Makanya, di tengah pelbagai gunjingan yang beredar, mau tak mau Qatar harus benar-benar tampil sebagai tim yang sportif serentak tuan rumah yang nyaman untuk perhelatan piala dunia.

Pada laga perdana sportivitas dan aspek kompetetif lebih dipentingkan daripada sejumlah uang yang bisa merusak martabat dunia sepak bola. Isu negatif dan gunjingan di luar lapangan pun runtuh karena baik Qatar maupun Ekuador tampil profesional.

Lebih jauh, kekalahan Qatar sebagai tuan rumah memberikan dua pelajaran penting.

Pertama, kesuksesan tak akan pernah dibeli oleh uang.

Qatar memang terbilang sebagai salah satu negara terkaya asal Timur Tengah. Kesiapan Qatar menyelenggarakan turnamen paling bergengsi ini menunjukkan kekuatan finansial yang dimiliki. Tak tanggung-tanggung, piala dunia di Qatar menjadi piala dunia yang termahal sejauh ini.

Namun kekuatan uang tersebut tak mampu membeli kesuksesan sebuah tim sepak bola dengan cara instan. Kekalahan dari Ekuador sangat jelas bahwa performa timnas Qatar masih jauh dari panggang api.

Kekalahan Qatar pun berbanding terbalik dengan kekuatan uang yang dimiliki dalam membangun fasilitas untuk perhelatan piala dunia. 

Padahal, apabila Qatar berhasil menang, euforia sebagai tuan rumah makin komplit.

Kekalahan seolah memberikan pesan bahwa infrastruktur dan kekuatan uang yang dimiliki tak akan bisa menentukan sisi permainan sepak bola yang menekankan aspek kompetetif dan sportivitas tim.

Yang sukses bukan semata-mata karena uang tetapi karena dedikasi dan kerja keras menjadi tim terbaik.

Kedua, kesuksesan merupakan buah dari sebuah proses.

Timnas Qatar boleh saja berbangga karena terlibat dalam piala dunia. Hal itu merupakan keistimewahan Qatar yang berlaku sebagai tuan rumah. Keistimewahan ini memberikan tiket otomatis untuk Qatar sebagai salah satu dari 32 tim yang bermain di piala dunia.

Sebenarnya kiprah timnas Qatar tak begitu mentereng untuk konteks Asia apalagi dunia. Hanya karena faktor sebagai tuan rumah memberikan tempat untuk Qatar bisa berpartisipasi di piala dunia.

Untuk itu,Qatar berupaya kuat membangun kekuatan sepak bolanya. Kompetesi dalam negeri diperkuat. Bahkan Qatar berupaya menarik nama-nama been, termasuk salah satunya Xavi Hernandez yang pensiun di Qatar dan kemudian menjadi pelatih salah satu Klub di Qatar.

Bermain di piala dunia bukanlah perkara gampang. Seleksi yang terjadi selama babak kualifikasi menunjukkan kesiapan setiap negara untuk bermain di piala dunia.

Kekalahan Qatar seolah memperjelas bahwa meraih kesuksesan merupakan proses yang panjang. Tak segampang pembangunan infrastruktur fisik seperti stadion mewah yang dipakai selama piala dunia.

Paling tidak, partisipasi Qatar menjadi catatan sejarah yang bernilai sekaligus pelajaran berharga untuk Qatar sebagai tim sepak bola. 

Untuk menjadi timnas yang sukses untuk dunia sepak bola, harus mengikuti proses yang tak gampang, termasuk melalui babak kualifikasi dan aneka kompetesi.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun