Pertama, kesuksesan tak akan pernah dibeli oleh uang.
Qatar memang terbilang sebagai salah satu negara terkaya asal Timur Tengah. Kesiapan Qatar menyelenggarakan turnamen paling bergengsi ini menunjukkan kekuatan finansial yang dimiliki. Tak tanggung-tanggung, piala dunia di Qatar menjadi piala dunia yang termahal sejauh ini.
Namun kekuatan uang tersebut tak mampu membeli kesuksesan sebuah tim sepak bola dengan cara instan. Kekalahan dari Ekuador sangat jelas bahwa performa timnas Qatar masih jauh dari panggang api.
Kekalahan Qatar pun berbanding terbalik dengan kekuatan uang yang dimiliki dalam membangun fasilitas untuk perhelatan piala dunia.Â
Padahal, apabila Qatar berhasil menang, euforia sebagai tuan rumah makin komplit.
Kekalahan seolah memberikan pesan bahwa infrastruktur dan kekuatan uang yang dimiliki tak akan bisa menentukan sisi permainan sepak bola yang menekankan aspek kompetetif dan sportivitas tim.
Yang sukses bukan semata-mata karena uang tetapi karena dedikasi dan kerja keras menjadi tim terbaik.
Kedua, kesuksesan merupakan buah dari sebuah proses.
Timnas Qatar boleh saja berbangga karena terlibat dalam piala dunia. Hal itu merupakan keistimewahan Qatar yang berlaku sebagai tuan rumah. Keistimewahan ini memberikan tiket otomatis untuk Qatar sebagai salah satu dari 32 tim yang bermain di piala dunia.
Sebenarnya kiprah timnas Qatar tak begitu mentereng untuk konteks Asia apalagi dunia. Hanya karena faktor sebagai tuan rumah memberikan tempat untuk Qatar bisa berpartisipasi di piala dunia.
Untuk itu,Qatar berupaya kuat membangun kekuatan sepak bolanya. Kompetesi dalam negeri diperkuat. Bahkan Qatar berupaya menarik nama-nama been, termasuk salah satunya Xavi Hernandez yang pensiun di Qatar dan kemudian menjadi pelatih salah satu Klub di Qatar.