Manchester United (MU) tumbang 3-1 di stadion Villa Park (7/11/22), markas Aston Villa. Kekalahan ini pun mengakhiri tren positif MU setelah terakhir kali menderita kekalahan besar dari Manchester City (6-3) di pekan ke-7.
MU yang berupaya naik ke empat besar tumbang dari Aston Villa yang nota bene sementara berupaya keluar dari jeratan zona degradasi. Alih-alih memanfaatkan momen keterpurukan Villa, MU terlihat tak berdaya di Villa Park.Â
Kekalahan ini pun memberikan pelajaran berarti bagi pasukan Erik Ten Hag. Proyek yang dibangun oleh manajer asal Belanda ini masih jauh dari ekspetasi.Â
MU masih perlu berbenah agar ide dan kerja tim betul-betul mendapatkan hasil yang positif. Pembenahan itu pun dibarengi oleh investasi besar MU untuk membeli pemain yang bisa mengisi beberapa pos tertentu.Â
Terlihat, MU masih membutuhkan waktu untuk konsisten tampil meyakinkan. Hal itu nampak lewat perjalanan MU pada musim ini.Â
Misalnya, sewaktu melawan Tottenham Hotspur, MU tampil mendominasi. Begitu pula saat bermain kontra Chelsea yang berakhir seri. MU tampak sebagai tim yang siap menantang 4 besar.
amun, performa MU tiba-tiba jeblok saat bertandang ke Villa Park. MU tak berdaya di tangan Villa. Titik lemah MU terekspos, seperti lini depan yang tampil mengesankan dan lini belakang.Â
Manajer baru Aston Villa, Unia Emery pun mempunyai catatan manis atas kemenangan perdananya di kursi pelatih. Juga, kemenangan ini mengakhiri tren negatif Villa selama 29 tahun, di mana tak sekali pun menang kontra MU di Villa Park.Â
Belajar dari kekalahan di Villa Park, Ten Hag masih membutuhkan  waktu agar timnya tampil pada level yang konsisten. Level konsistensi itu tak lepas dari keseimbangan skuad.Â
Ya, absennya Bruno Fernandes yang didera akumulasi kartu meninggalkan lubang yang cukup besar di lini tengah. Peran pemain timnas Portugal ini diganti oleh Van de Beek.Â
De Beek gagal memainkan peran Fernandes. Bahkan pemain asal Belanda ini mempunyai jumlah sentuhan yang terbilang sedikit daripada Casemiro dan Erikssen di lini tengah.Â
Terang saja, hal ini menunjukkan ketidakseimbangan skuad yang dimiliki Ten Hag musim ini. Ketika ada pemain penting yang absen, Ten Hag tak mempunyai pemain pelapis yang sepadan guna mengisi tempat yang ditinggalkan.Â
Akibatnya, tim tampil tak seimbang, dan malah didominasi oleh permainan lawan.Â
Kekalahan dari Villa menjadi pelajaran berharga untuk MU yang masih berupaya untuk tampil konsisten. Mau tak mau, MU harus terus berbenah, termasuk membeli pemain dan mengeluarkan pemain yang tak berkontribusi penuh untuk performa MU.Â
Pelajaran untuk MU dari Arsenal yang makin dewasa
Nasib MU berbanding terbalik dengan Arsenal. Arsenal berhasil meraih kemenangan tipis 1-0 di Stamford Beridge (6/11/22). Â Kemenangan the Gunners pun kembali menempatkan Arsenal di puncak klasemen sementara Liga Inggris.
Kemenangan Arsenal kontra Chelsea mempertegas dua hal. Dua hal ini pun bisa menjadi referensi untuk MU yang masih berupaya untuk tampil konsisten. Â
Pertama, kestabilan skuad Arsenal.Â
Dua musim terakhir, Mikel Arteta melakukan pembaharuan skuad secara besar-besaran di Arsenal. Tak tanggung-tanggung, pelatih asal Spanyol ini menggeser para pemain seperti Pierre Emeric Aubameyang, Nicolas Pepe, dan Alexandre Lacazette  dengan beberapa pemain baru.
Juga, Arteta memberikan peran penting ke pada pemain muda nan bertalenta seperti Gabriel martinelli, Eddie Nketah, dan Saka.Â
Tidak gampang untuk memulai cara yang baru. Musim lalu, Arsenal mengawali performanya dengan jalan yang cukup sulit. Namun, situasi perlahan membaik bersamaan dengan keberhasilan proses adaptasi dan meningkatnya performa beberapa pemain baru.Â
Situasi musim ini hanyalah tanda yang dipetik berkat pembaharuan ala Arteta di dua musim terakhir. Sejauh ini, Arsenal baru meraih 1 kekalahan. Performa tim pun makin stabil.Â
Kestabilan itu makin menguat lewat keharmonisan skuad dan kedewasaan skuad menghadapi setiap laga. Juga, kedewasaan tim itu nampak ketika Arsenal tak gampang kalah menghadapi tim-tim mapan dan tim-tim kuda hitam.
Arsenal terlihat keluar dari status tim medioker, tetapi tim elit yang siap menantang trofi Liga Inggris pada musim ini.Â
Bahkan Arsenal terlihat bermain cerdik. Dalam mana, kemenangan lebih ditekankan. Meraih poin penuh menjadi target daripada menang besar tetapi performa tim di lini belakang tak solid.Â
Kesolidan di lini belakang menjadi hal yang begitu nampak dari performa Arsenal pada musim ini. Arsenal baru kebobolan 11 gol dari 13 laga, dan menjadi tim yang tersedikit kebobolan bersama Newcastle United.Â
Â
Kedua, Arsenal makin konsisten.Â
Arsenal kerap dibayangi oleh Man City. Di tangan Pep Guardiola, Man City kerap tampil konsiten di setiap musim.Â
Tim-tim yang mau bersaing dengan Man City pun harus mampu tampil konsisten dengan meraih poin penuh di setiap laga. Apabila tak konsisten, maka peluang bersaing dengan Man City makin rumit.Â
Sejauh ini, Arsenal tampil konsisten dan menyaingi Man City. Konsisteni itu merupakan buah dari kedalaman skuad yang dimiliki oleh Arteta.Â
Ketika ada pemain yang cedera, Arteta mempunyai pelapis yang bisa mengisi lubang yang ditinggalkan dengan performa pemain yang terbaik.Â
Performa Arsenal di markas Chelesa merupakan buah dari kerja keras dari dua musim terakhir. Sebagaimana MU, Arsenal pernah menghadapi masa-masa sulit.Â
Akan tetapi, Arsenal berhasil melakukan pembaharuan, termasuk berani untuk membuang beberapa  dan membeli pemain baru yang dipandangan cocok dengan taktik pelatih.Â
MU sementara menuju jalur yang sementara dijalankan oleh Arsenal pada musim ini. Performa Arsenal bisa menjadi pelajaran untuk MU sembari belajar dari kekalahan di kandang agar MU bisa kembali bangkit dan tampil sebagai tim yang disegani di Liga iNggris.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H