Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Keceriaan Jokowi di HUT Golkar dan Jalan Jadi "King Maker" Pilpres 2024

23 Oktober 2022   12:12 Diperbarui: 23 Oktober 2022   12:21 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato di HUT Golkar (21/10/22). Foto: Kompas.com/Ardito Ramadhan D. via Kompas.com

Puncak hari ulang tahun partai Golongan Karya (Golkar) yang ke-58 (21/10/22) turut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo. Kehadiran Jokowi di acara puncak ini secara tak langsung memberikan pesan politik yang sangat kuat. 

Menariknya, dalam sela-sela sambutannya Jokowi juga melemparkan gurau kepada beberapa tokoh politik yang hadir, seperti kepada Luhut Pandjaitan yang mana Jokowi heran  melihat anggota kabinetnya itu mengenakan jas kuning. Bahkan Jokowi meminta Luhut Pandjaitan berdiri. Sontak saja, gurauan Jokowi menimbulkan canda tawa dan ceria di perserta yang memadati gedung JLExpo, kemayoran, Jakarta. 

Kehadiran Jokowi ikut memberikan pesan politik. Pada tempat pertama, Jokowi memandang Partai Golkar sebagai bagian dari pemerintahan dan ikut berjasa dalam karir politiknya pada kontestasi Pilpres. Kehadirannya merupakan wajah relasi yang terbangun antara beliau dengan partai-partai pendukung pemerintah. 

Terlebih lagi, musim politik makin dekat. Bahkan Partai Nasdem sudah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres. Di tengah iklim politik seperti itu, Jokowi yang merupakan kepala negara yang tak bisa mencalonkan dirinya pastinya membutuhkan capres yang sejalan dengannya di Pilpres 2024. 

Keberadaan Golkar yang berada dalam satu payung Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan PAN dan PPP bisa menentukan peta kontestasi Pilpres 2024. Pasalnya, ketiga partai ini sudah mencapai jumlah suara yang cukup, di mana ketiganya memiliki total 25, 7 persen kursi DPR. 

Di tempat lain, kehadiran Jokowi juga bisa memberikan dukungan besar untuk KIB agar segera memilih dan menentukan capres. Dalam sambutannya Jokowi membandingkan pemilihaa presiden dan wakil presiden seperti menentukan pilot dan kopilot. 

Jokowi menyatakan agar tak sembarangan menentukan calon pilot dan kopilot. Dengan kata lain, tak boleh sembarangan memilih calon presiden dan wakil presiden. Entah apa maksud terdalam dari pernyataan Jokowi, yang pasti Jokowi menginginkan agar KIB memilih calon yang bisa saja searah dengan visi dan misi Jokowi. 

Kata-kata Jokowi itu juga menjadi dukungan besar bagi KIB memilih dan menentukan calon presiden yang layak dimajukan pada pilres 2024. Secara tak langsung, Jokowi mendorong Golkar, PAN, dan PKB untuk segera mengumumkan nama capres dan cawapres agar membuat persaingan makin panas tetapi tetap demokratis. 

Lebih jauh, Jokowi secara tak langsung mulai memainkan peran sebagai king maker. Istilah king maker ini muncul dalam kontestasi dunia politik saat menimbang langkah beberapa tokoh politik yang umumnya senior untuk mendorong, mendukung, dan bahkan mempromosikan beberapa figur untuk maju kontestasi.

Misalnya, langkah Surya Palo sebagai ketua umum Nasdem. Sebagai pemimpin partai, alih-alih mencalonkan dirinya sebagai calon presiden, Nasdem malah lebih memilih Anies Baswedan yang merupakan kader partai menjadi capres. Dengan ini langkah Paloh terlihat sebagai king maker. 

Lantas, akankah Jokowi memainkan peran sebagai king maker? 

Jokowi bisa memainkan peran sebagai king maker apabila menimbang reputasi dan popularitas. Masa kepemimpinannya selama dua periode pastinya sudah menciptkan loyalis-loyalis di akar rumput yang bisa dijadikan basis massa untuk kepentingan pilihan politik.

Belum lagi, relawan politik Jokowi di beberapa pemilu yang telah dijalankannya. Relawan politik Jokowi ini bisa sangat berperan di Pilpres 2024. 

Untuk saat ini, menunjukkan diri sebagai king maker demi kepentingan Pilpres 2024 mungkin terlihat sulit apabila menimbang posisi Jokowi yang masih terikat statusnya sebagai kepala negara dan pemerintahan. Terlebih lagi, sistem kabinet pemerintahan yang terdiri dari pelbagai partai, termasuk Nasdem yang sudah mendeklrasikan Anies sebagai capres. 

Tampil sebagai king maker hanya bisa menimbulkan saling sikut kepentingan di pemerintahan. Berpihak pada figur politikus tertentu dan partai tertentu bisa saja menggoncang kestabilan pemerintahan dan mempengaruhi relasi dengan para pengurus partai lainnya.

Belum lagi status Jokowi sebagai kader PDI-P. Sebagai kader PDI-P, Jokowi pasti taat dengan keputusan partai dan berjalan dengan kebijakan partai 

Terlepas dari itu, pernyataan Jokowi yang mendorong Golkar dan partai koaliasinya untuk tak sembarang memilih capres dan cawapres dan mengambil langkah "segera" untuk menentukan capres bisa menunjukkkan dukungan Jokowi pada KIB.   

Jokowi seolah memberi jalan dan panggung untuk Golkar, PAN, dan PPP untuk mengambil sikap. Pilihan capres dari ketiga partai ini bisa saja membuka peluang untuk partai-partai lain bergabung asalkan elektibilitas calon yang dipilih mempunyai prospek yang sangat bagus dalam kontestasi politik Pilpres 2024. 

Sebaliknya, pilihan ke-3 partai ini bisa saja mempengaruhi kongsi di antara ketiganya dan bahkan menciptakan relasi politik yang berbeda.  

Pilihan KIB akan sangat menentukan manuver dan pergerakan politik Pilpres 2024. Ketika pilihannya menarik, tentunya itu bisa menjadi magnet partai lain berkoalisi dengan KIB dan bahkan menghadirkan dinamika politik yang berada di luar prediksi.

Pernyataan Jokowi yang mendorong Golkar, PAN, dan PPP untuk tak sembarang mencari capres dan cawapres  menjadi dukungan dan boleh jadi cara Jokowi mengiringi jalan KIB di Pilpres 2024. 

Bukan tak mungkin, dukungan Jokowi itu mengarahkan KIB pada satu posisi yang sama, di mana memilih calon yang tak hanya berkualitas, tetapi juga serarah dengan pikiran dan visi dan misi Jokowi sebagai presiden. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun