Pertama kali saya jumpai istilah dan program pengolahan luka batin ketika menjalankan salah satu level pendidikan hidup membiara. Tepatnya, setelah tamat SMA dan sebelum memasuki jenjang perkuliahan. Jenjang ini biasa disebut dengan masa novisiat.Â
Tujuan paling utama dari program ini agar siswa bisa melepaskan diri dari beban dan luka batin yang menghantui dan mengikat pikiran dan hatinya. Pasalnya, tak sedikit siswa yang terkungkung luka batin sehingga merasa diri tak percaya diri, menjadi penyindiri, gampang marah, dan tersinggung hingga mempunyai tingkah laku yang menyimpang.Â
Memang, tak gampang untuk melakuakn pengolahan luka batin. Salah satu aspek yang sangat penting dan ditekankan dari program pengolahan luka batin adalah keterbukaan seseorang untuk menyampaikan dan menceritakan masa-masa dan pengalaman masa lalu yang menjadi sebab utama dari beban dan luka batin.Â
Pulang ke masa lalu yang kelam dan penuh luka bukanlah perkara yang gampang. Seseorang harus mampu membuka diri, menceritakan apa yang telah terjadi, dan mau berjalan dalam sebuah program tertentu untuk melakukan pembaharuan.Â
Bahkan seseorang harus mampu menghadapi realitas masa lalu itu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari diri sembari berupaya melakukan rekonsiliasi.
Metode pengolahan luka batin taklah gampang. Walau demikian, hal itu bukanlah pekerjaan yang mustahil dan itu bisa menjadi salah satu cara dalam membangun kesehatan mental seseorang ke arah yang positif. Selain keterbukaan dalam mengakui dan menerangkan sebab-sebab luka batin, beberapa hal yang bisa menjadi bagian dari pengolahan luka batin.Â
Pertama, Kemampuan untuk Memaafkan atau Mengampuni.Â
Pastinya, setiap luka batin selalu terjadi karena ada pelaku tertentu. Pelaku itu bisa saja orang-orang terdekat kita, seperti orangtua, saudara, hingga teman terdekat.Â
Ketika mempunyai luka batin, kita kerap kesulitan berhadapan dengan mereka yang menjadi penyebab, dan bahkan orang-orang yang persis mempunyai karakter dengan penyebab luka batin kita.Â
Sewaktu di tempat kuliah, saya mempunyai kakak kelas yang mempunyai luka batin dengan pamannya. Luka batin itu sangat mendalam hingga ketika dia bertemu dengan sosok yang tampak identik dengan pamannya, kemarahan menyeruak. Bahkan dia mempunyai niat untuk melukai orang tersebut gegara mempunyai kesamaan dengan pamannya.Â
Hal ini terjadi karena belum adanya pengeolahan luka batin. Lebih tepatnya, belum ada ungkapan maaf dan pengampunan untuk pelaku yang menjadi sebab dari terjadinya luka batin tersebut.Â
Maka dari itu, salah satu bagian terpenting dari pengolahan luka batin adalah berani untuk memaafkan pelaku yang menyebabkan luka batin. Tujuannya agar kita terbebaskan dari perasaan marah dan dendam sekaligus kita pun terbebaskan dari pikiran-pikiran negatif pada orang lain.Â
Kedua, Berani Kembali ke Pengalaman Masa Lalu yang Berkaitan dengan Sebab Luka Batin Kita.Â
Barangkali kita pernah berjumpa dengan orang-orang yang enggan berkeluarga gegara pernah mengalami situasi keluarga yang broken home. Persoalan orangtua yang begitu besar berdampak pada pola pikir anak tentang nilai dan makna hidup berkeluarga. Ada yang trauma secara mental sehingga tak mau memilih untuk berkeluarga.Â
Pola pikir seperti ini sulit dihilangkan apabila tak ada pengolahan luka batin. Seseorang harus berani kembali ke masa lalu, mencerna pengalaman itu, dan belajar dari apa yang terjadi. Lalu, berani untuk menghadapi kehidupan keluarga yang dijalnani oleh orang lain.Â
Sejatinya, tak semua keluarga mempunyai situasi yang rumit dan kacau. Banyak keluarga yang hidup harmonis, di mana suami istri bisa bertahan sepanjang mereka mereka hidup dan anak-anak mempunyai pendidikan yang baik.Â
Oleh sebab itu, bagian dari pengolahan luka batin adalah melihat dan belajar dari keluarga-keluarga yang mempunyai hidup yang harmonis. Perlu membuka diri dan berani untuk melihat keharmonisan keluarga-keluarga yang lain.Â
Hingga pada titik tertentu, seseorang yang luka batin karena pengalaman di keluarga bisa merasa dan menyadari bahwa tak semua keluarga itu mempunyai masalah yang kelam.Â
Ketiga, Berinisiatif Mencari Orang yang Tepat/Ahli untuk Mengolah Luka Batin.Â
Saya kira ada banyak figur yang bisa dipercayai untuk membantu kita dalam pengolahan luka batin seperti psikolog, konselor, penasihat spiritual, dan tokoh agama. Kita perlu berinisiatif, berani, dan terbuka datang kepada mereka dan meminta tuntunan agar kita terbebaskan dari luka batin.Â
Inisiatif selalu bermula dari korban. Inisiatif itu tentu saja bermula dari kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental. Bagaimana pun, pada saat tertentu kita bisa menyadari dan melihat bahwa tingkah laku kita terbentuk oleh pengalaman masa lalu yang membuat kita terbebankan dan mempunyai sakit batin.Â
Kesadaran itu sekiranya membentuk inisiatif di dalam diri kita agar mencari orang yang tepat atau ahli dalam membantu kita keluar dari luka batin yang membebankan.Â
Meminta bantuan dari orang-orang yang ahli dalam soal kesehatan mental sangatlah perlu karena mereka pastinya mempunyai cara dan teknik untuk membantu kita terbebaskan dari luka batin di dalam diri.Â
---
Luka batin kerap menjadi beban hidup kita. Kita tak boleh menganggap enteng dengan luka batin yang kita miliki. Hal itu bisa memengaruhi kesehatan mental kita.
Oleh sebab itu, kita perlu melakukan pengolahan luka batin. Kita terbuka dan berinsiatif untuk mengolah luka bain yang kita miliki. Juga, kita pun perlu menjadi pribadi yang pengampun agar kita ikut terbebaskan dari beban yang ada di dalam diri kita.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H