Pola seperti ini bisa melemahkan mentalitas anak. Ketika menghadapi konteks dan tempat di mana pemberian hadiah dan ganjaran bukanlah hal yang lumrah, si anak bisa saja cenderung merasa kecewa. Kekecewaan itu bisa melukai mentalitas anak ketika dia melihat situasi sebagai hal yang menghargai dirinya.Â
Oleh sebab itu, tiap orangtua harus bijak memberikan apresiasi dalam bentuh hadiah kepada anak. Tak setiap hal harus mendapat hadiah. Juga, orangtua perlu menjelaskan hal itu agar anak bisa memahami momentum pemberian hadiah.
Ketiga: Tahu Tempat dan Waktu Saat Memarahi Anak
Tak masalah orangtua memarahi anak. Kemarahan itu perlu terjadi pada waktu dan tempat yang tepat. Contoh paling sederhananya adalah tak boleh memarahi anak di depan umum, apalagi di media sosial.
Lebih jauh, orangtua perlu mengerti masalah yang terjadi daripada langsung memarahi anak. Sebelum kemarahan dilontarkan, orangtua perlu mencerna dan meneliti persoalan dengan seksama.Â
Pasalnya, sakit hati anak kerap kali terjadi ketika orangtua berlaku sepihak tanpa meminta konfirmasi lebih jauh ketika anak melakukan kesalahan ataupun menghadapi masalah. Ketika hal itu terjadi, anak merasa terpojok, sakit hati, dan bisa menimbulkan kemarahan batin di dalam diri.Â
Akibatnya, anak melihat sosok orangtua sebagai sosok yang ditakuti dan bahkan dibenci. Efek lanjutnya bisa terjadi lebih jauh, di mana anak tak begitu tertarik menjadi orangtua atau kehilangan kepercayaan pada sosok orangtua.Â
Keempat: Perlakukan Anak Secara Sama
Tak begitu masalah ketika sebuah keluarga hanya mempunyai satu anak. Menjadi tantangan ketika ada dua anak atau lebih. Tantangannya adalah pada bagaimana orangtua memperlakukan anak-anaknya.Â
Sejatinya, orangtua perlu memperlakukan setiap anak secara sama. Tak boleh ada diskriminasi. Tak yang lebih difavoritkan daripada yang lain.Â
Perlakuan yang tak sama bisa menimbulkan luka batin, perasaan kecewa dari anak yang lain. Perlakukan yang tak adil itu bisa membuat mentalitas anak terluka, seperti kecewa dengan orangtua dan hidup berkeluarga karena merasa dipojokan dan tak mendapat tempat di keluarga.Â