Seyogianya, kita perlu menjadi pemain, pelatih, dan suporter yang bermartabat agar wajah sepak bola tanah air benar-benar menjadi arena yang kompetetif dan arena yang menguji kelebihan dari masing-masing tim.
Namun, kerusuhan di stadion Kanjuruhan malah merendahkan martabat kemanusiaan kita sebagai manusia. Wajah sepak bola Indonesia tercoreng. Pastinya, banyak pihak yang mulai bertanya-tanya dan mempersoalkan situasi ini. Tragedi kerusuhan di Kanjuruhan sangat disesalkan.Â
Bukan tak mungkin, dunia sepak bola tanah air juga tergoncang. Ketika kita merasa diri optimis untuk menjadi tuan rumah event-event berkategori internasional di dunia sepak bola, termasuk Piala Dunia U20, malah suporter kita bersikap anarkis.
Memang, tragedi kerusuhan di Kanjuruhan tak bisa digeneralisasi begitu saja. Masih ada suporter yang mendukung secara sehat dan bersikap lapang dada di segala situasi.Â
Namun, menimbang kerugian materi, emosional, dan sosial, tragedi kerusuhan ini memberikan dampak yang luar biasa.Â
Saya coba melihat dari pengaruh sosial dari kerusuhan ini. Bukan tak mungkin, hal ini membangkitkan ketaknyamanan bagi orang-orang untuk datang ke stadion menyaksikan pertandingan sepak bola. Terlebih lagi laga-laga yang bernuansa derbi.Â
Jadinya, stadion yang seharusnya menjadi tempat menyaksikan dan merayakan kehebatan dan talenta para pemain berkualitas menjadi tempat yang ditakuti. Bukan tak mungkin, orang menjadi segan untuk menonton sepak bola di standion secara langsung. Â Â
Bahkan tim-tim lawan, terlebih khusus dari negara-negara lain bisa waswas untuk masuk ke stadion Indonesia gegara tragedi yang terjadi di stadion Kajuruhan. Ya, kerusuhan Kajuruhan bisa ikut memberikan efek sosial dalam keterlibatan kita di dunia sepak bola.
Apakah stadion kita aman? Apakah kita bisa menjamin keselamatan suporter lawan?
Pertanyaan-pertanyaan ini bisa saja bermunculuan ketika menimbang tragedi di stadion Kajuruhan.  Pertanyaan-pertanyaan ini pun sekaligus memberikan dampak sosial dari stadion sebagai tempat interaksi yang nyaman untuk para suporter yang mencintai olahraga yang sama. Â
Selain itu, kerusuhan ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi FIFA dan AFC dalam menilai sejauh mana kita berlaku sebagai tuan rumah untuk event-event berkategori internasional. Toh, persiapan itu tak hanya soal arena dan tempat tetapi lebih dari itu hal itu juga soal mentalitas kita sebagai tuan rumah sekaligus suporter.Â