Tim nasional Inggris mendapat apresiasi yang cukup luar biasa di perhelatan Piala Eropa 2020. Timnas Inggris tembus final, dan hanya kalah adu penalti (3-2) dari timnas Italia di stadion Wembley, Inggris. Meski kalah, tak sedikit pihak yang mengapresiasi performa timnas Inggris.Â
Performa timnas Inggris selama turnamen sangat meyakinkan. Timnas Inggris tampak solid sebagai tim. Dari tujuh laga yang dilakonkan, timnas Inggris hanya kebobolan 2 gol. Faktor penekanan pada kualitas individual tak begitu kentara dalam racikan Pelatih Gareth Southgate. Yang nampak adalah permainan tim.Â
Akan tetapi, performa solid Timnas Inggris terasa lenyap lantaran di empat laga terakhir, Inggris tak sekalipun meraih kemenangan. Bahkan timnas Inggris sempat digasak 0-4 oleh Hungaria yang berakibat pada ejekan dan sinisan dari suporter Inggris untuk anak-anak asuh Southgate.Â
Situasi ini tentu saja saja menjadi alarm serius sebelum melaju ke perhelatan Piala Dunia pada bulan November-Desember mendatang.
Terlebih lagi, Inggris dikategorikan sebagai salah satu favorit yang bisa berbicara banyak di Piala Dunia. Salah satu alasannya karena performa Inggris di bawah kepelatihan Southgate begitu meyakinkan di Piala Eropa tahun lalu.
Alasan lainnya adalah Southgate kemungkinan besar membawa lagi skuad yang berhasil tembus final Piala Eropa ke Piala Dunia 2022. Rata-rata usia skuad timnas Inggris yang bermain di Piala Eropa masih muda.Â
Yang berada di atas usia 30 tahun hanyalah Kyle Walker (31 tahun) dan Jordan Henderson (32 tahun). Selebihnya, para pemain masih berada di level usia 20-an tahun.Â
Bahkan di antaranya masih berada di bawah usia 24 tahun, tetapi berkontribusi besar untuk klub yang mereka bela. Misalnya, Reece James (Chelsea -21 tahun), Mason Mount ( 22 tahun - Chelsea), Bukayo Saka (19 tahun - Arsenal), Jude Belingham (18 tahun - Borussio Dortmund), Marcus Rahsford (23 tahun - Manchester United), dan Jadon Sancho (21 tahun - MU).
Para pemain muda ini kemungkinan besar akan dipanggil kembali untuk menjadi bagian dari skuad ke Piala Dunia 2022. Umumnya, para pemain muda itu tampil meyakinkan bersama klub yang mereka bela.Â
Rahsford dan Sancho yang musim lalu tampil agak menurun di MU mulai menemukan ritme terbaik di tangan pelatih Erik Ten Hag pada musim ini. Hal ini akan menjadi jaminan untuk kedua pemain muda MU ini dipanggil Southgate ke skuad "Tiga Singa", julukan timnas Inggris.Â
Dari sisi komposisi skuad, Southgate tak mempunyai masalah berarti. Tantangan Southgate adalah mengembalikan motivasi para pemain lantaran hasil yang diperoleh di 4 laga terakhir. Juga, tak semua pemain yang dipercayakan oleh Southgate di Piala Eropa mempunyai performa yang meyakinkan.Â
Tantangan Southgate
Southgate memiliki tugas serius untuk mengembalikan mentalitas pemain agar bisa tampil meyakinkan di Piala Dunia 2022. Salah satu tugas Soutgate adalah membangkitkan mentalitas bek tengah Harry Maguire yang sementara bermain di MU.Â
Pada musim ini, Maguire lebih banyak berada di bangku cadangan, daripada diturunkan sebagai pemain regular. Sewaktu Maguire dipercayakan di dua laga perdana oleh Manajer MU, Erik Ten Hag, MU menderita kekalahan.Â
Sebaliknya, saat bek yang dibeli dengan harga cukup mahal ini, Rp. 1, 4 triliun, dari Leicester City pada tahun 2019 ini tak dimainkan atau dibangkucadangkan, lini belakang MU tampil solid dan MU konsisten meraih kemenangan.Â
Maka dari itu, tak berlebihan jika menyatakan bahwa tempat Maguire di MU menghadapi masa-masa akhir. Berstatuskan kapten tim, tempat di bangku cadangan merupakan pukulan yang cukup telak untuk kekuatan mentalnya sebagai pemain.Â
Kendati demikian, Southgate masih memanggil Maguire untuk terlibat dalam Liga nasional Eropa akhir pekan ini kontra Italia di stadion San Siro, Italia (24/9/22) dan kontra Jerman di Wembley, Inggris (27/9/22).Â
Pemanggilan ini tentu saja menandakan kepercayaan Southgate pada Maguire untuk menjadi sosok terpenting di lini belakang timnas Inggris.Â
Ya, Maguire tampil cukup solid di Piala Eropa. Tak tanggung-tanggung, Maguire menjadi salah satu aktor penting yang berhasil menjaga gawang Inggris dari kebobolan.Â
Kesolidan Maguire tak lepas dari keberhasilan Southgate menemukan tandem yang cocok untuknyadi lini belakang. Maguire diapit dua bek yang cepat dan cukup kuat dalam duel fisik, Luke Shaw dan Kyle Walker atau pun Kieran Trippier ketika menghadapi serangan cepat lawan.Â
Lalu di lini tengah, Inggris mempunyai duo Kalvin Phillips dan Rice yang menjadi duo gelandang jangkar dalam menghalau serangan lawan.Â
Dengan formasi seperti ini, Maguire tampil baik. Bukan tak mungkin, keadaan Maguire di MU tak seratus persen mengubah peluang Maguire untuk berada dalam daftar pemain yang bermain di Piala Dunia 2022.Â
Untuk itu, Southgate perlu memanfaatkan dua laga di UEFA Nations League untuk mengangkat moral dan mentalitas Maguire. Kepercayaan Soutgate tentu saja menjadi salah satu modal terbaik untuk Maguire agar mentalnya tak terlalu terjerembab gegera situasinya di MU.Â
Kepercayaan Southgate itu pun perlu dibarengi oleh dukungan rekan-rekan setim. Pasalnya, beredar rumor di mana menurunya performa Maguire di MU juga berkaitan dengan dukungan dan relasinya dari rekan-rekan setimnya di MU.Â
Dua laga di liga nasional Eropa kontra Italia dan Jerman menjadi pemanasan untuk timnas Inggris sebelum Piala Dunia 2022. Pemanasan ini ditandai oleh upaya Southgate mengangkat moral para pemainnya, termasuk upaya Maguire untuk membuktikan diri.Â
Namun andaikata Maguire gagal menjawabi kepercayaan Southgate, tempatnya bisa tergeser oleh pemain lain seperti GFikayo Tomori (AC Milan) atau pun Ben White (Arsenal). Kedua pemain ini cukup dipercayakan di klub yang mereka bela.Â
Selain Maguire, Southgate juga berupaya untuk mengeluarkan kualitas beberapa pemain yang makin jarang dimainkan di klub mereka. Luke Shaw di MU hampir mengalami nasib yang sama dengan Maguire.Â
Cedera yang menimpa bek kiri MU itu pun ikut mengancam tempatnya karena Ten Hag mulai tertarik untuk mempercayakan Tyrell Malacia di posisi Shaw. Malacia tampil cukup meyakinkan dan itu menjadi kabar buruk untuk Shaw.Â
Lalu, di Man City, ada Jack Grealish yang baru mencetak gol perdana untuk Man City di pekan lalu. Penyerang ini sempat dikritik lantaran tak mengeluarkan penampilan terbaiknya semenjak bergabung dengan Man City.Â
Sementara itu, Kalvin Phillips yang tampil gemilang di Piala Eropa tahun lalu masih dibekap cedera. Karena cedera, Phillips belum terlalu mendapat tempat permanen di Man City. Hal itu bisa mempengaruhi kondisi fisik dari pemain yang dibeli Man City dari Leeds United ini.Â
Secara umum, tantangan terbesar Southgate adalah mengangkat mentalitas para pemain agar kembali pada jalur yang benar. Kalau tidak, timnas Inggris yang mempunyai segudang talenta dan tempat kompetisi paling bergensi di dunia hanya menjadi ejekan dari pelbagai pihak.Â
Barangkali Southgate menyaksikan euforia rakyat Inggris sewaktu timnas wanita menjuarai turnamen Piala Eropa tahun ini. Pastinya, sukacita dan euforia rakyat Inggris akan sangat bergema apabila timnas Inggris membawa pulang trofi Piala Dunia.Â
Jalan untuk mencapai kesuksesan itu tidaklah gampang. Southgate harus menemukan formula yang tepat untuk mengembalikan mentalitas para pemainnya. Ujian formula Southgate akan nampak di UEFA Nations League pada pekan mendatang.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H