Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ketika Harga Barang di Pasar Naik dan Gaji Tetap Sama

1 September 2022   20:09 Diperbarui: 2 September 2022   18:01 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya, fenomena kenaikan harga beberapa barang dan kebutuhan pokok di pasaran tak hanya terjadi di Indonesia. Hal ini juga menjadi realitas yang dihadapi rakyat di negara Filipina pada beberapa bulan terakhir.

Harga Bahan Bakar Menyala (BBM) sudah melonjak naik sejak meletusnya konflik geopolitik antara Ukraina kontra Rusia. Lalu, disusul dengan harga beberapa kebutuhan pokok di pasar dan supermarket.

Hal ini sulit dihindari di mana biaya akomodasi barang-barang ke pasaran menjadi naik karena adanya kenaikan BBM. Guna menutupi pengeluaran untuk biaya akomodasi, penyuplai pun harus menaikan harga barang yang disuplai.

Siklus ini pun terjadi hingga tiba di pasaran. Para pedagang mau tak mau menyesuaikan dengan kenaikan harga barang dari suplier agar terhindar dari kerugian. Akibat akhirnya pada konsumen.

Oleh sebab itu, situasi kenaikan barang-barang di pasaran sulit dielakkan di tengah tantangan situasi global saat ini. 

Paling tidak, dua kenyataan global, yakni konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina dan dampak pandemi Covid-19 yang telah mempengaruhi situasi ekonomi hingga di kalangan masyarakat terbawah.  

Mau tak mau, anggaran pribadi dan rumah tangga harus disesuaikan dengan situasi. Persoalannya, ketika pendapatan atau gaji di tempat kerja atau pun tempat usaha tak berjalan searah dengan kenaikan kebutuhan harian di pasaran.

Gaji tetap sama, sementara banyak barang yang naik. Situasi ini pastinya memusingkan kepala, sekaligus mencekik situasi rumah tangga.

Tak masalah jika gaji ikut naik seturut kenaikan harga kebutuhan pokok naik.

Tanpa kepandaian finansial yang mencukupi, fenomena kenaikan barang-barang di pasaran akan menjadi beban untuk pribadi dan keluarga.

Barangkali langkah yang paling pertama adalah berdamai dengan situasi sembari mencari cara agar anggaran pribadi dan anggaran rumah tangga masih bisa dikondisikan dengan kenyataan yang terjadi.

Hemat saya, beberapa langkah yang kita bisa ambil agar berdamai dengan situasi di mana  banyak barang di pasar yang naik, sementara jumlah gaji tetap sama.

Pertama, Hilangkan Pengeluaran Pada Barang-barang yang tak perlu.

Kita tak boleh membeli barang hanya faktor suka semata. Kita perlu membeli barang karena faktor kebutuhan.  

Makanya, kita perlu memotong kebiasaan yang membeli tanpa pertimbangan. Kita juga perlu berani untuk tak membeli barang-barang yang tak diperlukan sama sekali atau juga keperluannya hanya untuk sesaat.

Lalu, kita coba mengecek rumah kita. Apabila ada barang-barang yang tak terpakai tetapi hanya membebankan anggaran, lebih baik dijual atau juga diberikan kepada orang lain.

Hal ini menjadi salah satu cara yang kami lakukan di salah satu komunitas kami. Ada beberapa mobil komunitas.

Ada dua mobil yang jarang terpakai. Namun, tiap tahun, komunitas harus mengeluarkan biaya untuk pajak dan perbaikan.

Di tengah tuntutan kenaikan harga, maka komunitas pun memutuskan untuk menjual dua mobil tersebut. Tujuannya agar biaya yang tak perlu juga bisa dihindari.

Sama halnya dengan barang-barang yang kita miliki di rumah. Kita perlu melihat dan memilah dengan baik, mana barang-barang yang diperlukan, dan mana yang tak diperlukan, terlebih khusus yang memakan anggaran.

Kita perlu berani untuk mengeluarkan atau pun menjual barang yang tak terpakai dan membebankan anggaran itu demi menjaga kestabilan anggaran kita di tengah lonjakan harga di pasaran. 

Kedua, Kontrol Diri dalam membeli barang-barang tertentu.

Kita perlu melihat setiap kebutuhan kita dengan baik. Kadang kala, pengeluaran kita begitu besar untuk hal-hal yang memberikan kesenangan daripada untuk kebutuhan utama di rumah tangga.

Misalnya, urusan pulsa internet untuk phone. Barangkali pulsa internet sudah menjadi salah satu kebutuhan.

Pemakaian pulsa internet kadang menjadi salah satu pengeluaran terbesar baik secara pribadi maupun untuk konteks keluarga.

Masalahnya ketika pemakaian pulsa internet itu hanya untuk hal-hal sepeleh dan tak penting. Kalau tak penting, maka kita perlu melatih diri untuk hemat menggunakan pulsa internet dengan cara membatasi waktu berselancar di internet.

Kita seyogianya mempunyai kedisiplinan diri dalam berbelanja pulsa internet. Tentu saja, jumlahnya tak begitu besar dan memang sesuai dengan kebutuhan.

Hal yang sama juga berlaku untuk barang-barang lainnya, di mana kita perlu mengontrol diri untuk tak membelinya.

Ketiga, Mencoba Pengalaman Baru yang ramah keuangan

Di tengah kenaikan barang-barang, kita perlu mencari alternatif yang pas dengan kondisi keuangan kita. Tak boleh paksa diri dalam berbelanja atau juga seturut pepatah, tak boleh besar pasak daripada tiang.

Misalnya, saat menghadapi kenaikan harga BBM. Barangkali kenaikan BBM memaksa sebagian orang berpikir banyak kali untuk melakukan perjalanan jauh atau pun membatasi dalam penggunaan transportasi pribadi.

Karenanya, banyak yang memilih untuk tinggal di rumah kalau tak ada kebutuhan penting untuk bepergian dengan kendaraan pribadi. Langkah ini memang harus diambil agar pengeluaran pun terkontrol.

Namun, kita juga bisa mencoba alternatif lain. Misalnya, mencoba memanfaatkan transportasi massal daripada menggunakan kendaraan pribadi saat bepergian.

Tentu saja, hal ini bisa terjadi apabila transportasi massalnya sangat aksesible, nyaman, dan ramah penumpang. Persoalannya, ketika angkutan massal tak begitu kondusif.

Pilihan menggunakan kendaraan pribadi tak bisa dihindari. Solusi untuk hal ini adalah membatasi diri untuk tak melakukan perjalanan yang tak penting.

Selain dari contoh kenaikan harga BBM, juga ini menyangkut urusan kebiasaan makan di luar rumah, di rumah makan ataukah di restauran.

Kenaikan barang-barang kebutuhan di pasar bisa berjalan lurus dengan kenaikan harga makanan di restauran.

Daripada pergi ke restauran, lebih baik memasak makanan di rumah. Memasak sendiri bisa membuat kita memasak seturut kebutuhan keluarga. Jadinya, kita bisa mengatur anggaran makan dengan baik.

Ya, tantangan terbesar ketika terjadi lonjakan kenaikan barang-barang pokok di pasaran adalah saat jumlah gaji yang diterima di tempat kerja tetap sama atau berjalan seturut kenaikan barang-barang di pasaran. 

Pada titik ini, kompetensi finansial dalam mengatur anggaran belanja mesti memainkan peran yang sangat sentra dan penting.

Salam  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun