Ketika Paris Saint Germain (PSG) mendapat hadiah penalti kedua dalam laga kontra Montpelllier pada lanjutan Liga Perancis di pekan ke-2, Neymar Jr berinisiatif mengambil tendangan penalti tersebut.
Tiba-tiba Kylian Mbappe mendekati bintang asal Brasil itu dan menginginkan untuk menendang penalti tersebut.
Permintaan Mbappe ditolak. Mbappe tampak gusar. Barangkali Neymar enggan memberikannya karena Mbappe sudah gagal menkonversi tendangan penalti pertama PSG.
Situasi itu berujung pada performa Mbappe. Selepas insiden itu, Mbappe tampak kehilangan semangat dan tak begitu serius terlibat dalam permainan PSG.Â
Isu keretakan pun bercerabang ke ruang ganti PSG. Mbappe versus Neymar Jr. Bahkan Sergio Ramos kabarnya melerai dan menenangkan kedua pemain ini.
Lantas, kemana Lionel Messi berpihak?
Menimbang rekam sejarah relasi di antara pemain, di atas kertas Messi bisa berpihak pada Neymar Jr.
Hal itu bisa terlihat dari relasi kedua pemain ini pada dua laga perdana PSG, Piala Super Perancis dan pekan pertama Liga Perancis, ketika Mbappe absen. Di laga perdana PSG di Liga Perancis, Â Neymar dan Messi bekerja apik dalam kemenangan 5-0 untuk PSG. Â
Messi juga bukannya tanpa isu dalam relasinya dengan rekan setim. Terlihat A. Hakimi yang berperan sebagai bek kanan PSG juga sangat jarang melakukan operan ke Messi. Kabarnya, Hakimi adalah kawan baik Mbappe.
Padahal, Messi kerap  berdiri bebas di depan gawang untuk melakukan tembakan , namun Hakimi lebih memilih untuk melakukan tembakan sendirian.
Kendati demikian, emosi Messi tampak terkontrol. Situasi itu tak terlalu kentara dan mempengaruhi pemain yang tak masuk 30 daftar pemain peraih Ballon d'Or tahun ini.
Yang paling kentara saat ini adalah relasi antara Neymar dan Mbappe. Relasi dari kedua pemain bisa menjadi ancaman untuk keharmonisan di ruang ganti dan kestabilan permainan tim. Boleh jadi, pemain hanya menekankan individualitas, atau juga memilih pemain mana yang pantas mendapat operan bola.
Mbappe yang mengiakan tawaran PSG untuk memperpanjang kontrak selama 3 musim dengan PSG barangkali kecewa dengan situasinya di PSG. Alih-alih mendapat pengaruh lebih di PSG, Mbappe malah menghadapi benturan yang sangat kuat di ruang ganti, terutama dari Neymar.
Neymar, memang, mencuri panggung di tiga laga terakhir PSG. Dalam Piala Super Spanyol dan pekan pertama Liga Perancis, yang nota bene tanpa kehadiran Mbappe, Neymar tampil cukup meyakinkan.
Perfoma Neymar itu terus berlanjut di pekan ke-2 walau Mbappe sudah kembali bermain dengan tim. Tentunya, kepercayaan diri Neymar terangkat dan ingin juga memainkan peran penting di tim. Â
Bukan rahasia lagi bahwa salah satu alasan Mbappe menolak pergi ke Real Madrid dan mengiakan tawaran PSG untuk bertahan dan batal pindah ke Real Madrid karena posisinya menjadi pemain yang dinomorsatukan di skuad.
Akibat lanjutnya, Mbappe menjadi yang terdepan sebagai penendang penalti di PSG, walaupun dari statistik Sergio Ramos-lah yang paling jago tendang penalti di PSG.
Memang, hal itu terealisasi saat Mbappe dipercayakan untuk mengambil hadiah penalti pertama. Akan tetapi, penalti itu gagal, dan membuat Neymar untuk mengambil yang kedua.
Walau demikian, Mbappe masih merasa pemain yang mesti untuk menjadi penendang penalti. Gegara kesalahpahaman tentang penalti, relasi di antara kedua pemain tampak tak harmonis. Juga, motivasi Mbappe bermain sejak insiden itu tampak luntur.
Retaknya relasi antara pemain dan situasi batin pemain bisa berujung pada performa tim. Messi yang terlihat mulai nyaman di PSG juga bisa menghadapi dampak lanjut.
Bagaimana pun, pemain berjuluk La Pulga itu membutuhkan sokongan dari rekan-rekan setimnya agar bisa membuktikan performa terbaiknya di PSG. Namun, ketika relasi di antara pemain tak begitu baik, efeknya berlanjut pada performa mantan pemain Barca itu.
Maka dari itu, Messi sekiranya tak mengambil tempat di salah satu pihak. Kendati Neymar adalah kawan baik Messi, memihak kepadanya bukanlah pilihan yang terbaik.
Bagaimana pun, Mbappe adalah figur yang paling berpengaruh di Parc des Princes.
Neymar dan Messi pastinya ingat ketika kedua pemain asal Amerika Selatan ini diejek oleh suporter PSG gegera gagal bermain apik di Liga Champions. Sebaliknya, Mbappe mendapat sanjungan dari suporter PSG.
Barangkali pengaruh Mbappe di ruang ganti belum terlalu kuat. Namun, di mata suporter PSG, Mbappe seperti dipandang sebagai pangeran yang patut mendapat tempat utama dan dilindungi.
Konflik horisontal di ruang ganti bisa menjadi ancaman untuk PSG pada musim ini. Ini sekaligus menjadi tugas berat pelatih baru, Christophe Galiter untuk mendamaikan ruang ganti.
Galtier menggantikan M.Pochettino sebagai salah satu cara untuk mengembalikan kedisipilinan dalam tim, termasuk Neymar yang dinilai sebagai salah satu pemain yang tak begitu konsisten dalam mengatur cara hidupnya.
Selain mengembalikan kedisiplinan para pemain, Galtier juga perlu menciptakan keharmonisan dan keseimbangan di ruang ganti PSG yang terdiri dari banyak pemain berlabelkan nama besar.
Kabarnya, para petinggi PSG sudah berbicara tentang konflik di antara pemain sekaligus menenangkan kedua pemain bintang itu.
Pada pekan ke-3 dalam lanjutan Liga Perancis, PSG akan bersua kontra Lille. Laga ini akan menjadi tanda dan bukti apakah ruang ganti PSG dalam kondisi aman-aman saja, ataukah masih ada remah-remah konflik horisontal antara pemain.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H