Permainan Ajax pun menarik perhatian banyak pecinta sepak bola. Dengan mengandalkan banyak pemain muda, Ten Hag menekankan pola permainan menyerang dan selalu menekan lawan.Â
Gaya permainan ini sempat membuat Barca kepincut untuk merekrut Ten Hag. Namun, Barca lebih memilih Xavi Hernandes daripada menggaet Ten Hag dari Ajax.Â
Manchester United yang sementara dalam kondisi tak stabil walaupun sudah menggantikan Ole Gunnar Solksjaer dengan pelatih sementara Ralf Rangnick coba memanfaatkan kesempatan. Ten Hag menjadi pilihan utama.Â
Setelah melalui pelbagai negosiasi, akhirnya Ten Hag mengiakan tawaran MU. Barangkali bertolak dari pengalaman di Utrecht, Ten Hag mau menerima tawaran MU.
Situasi kedua tim persis sama. Sama-sama dalam kondisi timpang ketika Ten Hag masuk sebagai pelatih.Â
Tentu saja, Ten Hag akan membawa filosifi permainannya di MU, sebagaimana yang telah dibangunnya di Utrecht dan Ajax. Hal itu menyata lewat langkah Ten Hag dalam mencari dan merekrut pemain untuk MU.
Umumnya, selain masih berusia muda, karakter para pemain tersebut tampak sesuai dengan kriteria dari gaya permainan yang diinginkan oleh Ten Hag. Boleh jadi, Ten Hag akan membangun miniatur Ajax di MU. Â
Akan tetapi, hal itu tak gampang. Ten Hag memasuki iklim tim yang sangat berbeda dengan Ajax dan iklim kompetesti yang tingkat persaingan di atas Liga Belanda. Dua situasi ini bisa mempengaruhi, tak saja mental pelatih, tetapi gaya permainan tim.Â
Gaya Ten Hag bisa menjadi kelemahan untuk MU. Situasi dan iklim MU sangat berbeda dengan Ajax dan Utrecht.Â
Tantangan lain untuk Ten Hag adalah dari dalam tim sendiri. Ten Hag diwarisi oleh skuad yang memiliki reputasi kuat di sepak bola.Â
David de Gea, Harry Maguire, Bruno Fernandes, Rashford, Jadon Sancho, dan Cristiaono Ronaldo (apabila masih bertahan) akan menjadi para pemain yang diharapkan mendukung proyek Ten hag.Â