Erik Ten Hag sukses membuat Ajax menjadi tim elit di Eredivise Belanda. Kesuksesan itu sempat nampak di Liga Champions, di mana Ajax pernah tembus partai semifinal Liga Champions musim 2018/19.
Pada musim 2021/22 lalu di Liga Champions, Ajax menjadi salah satu tim yang menang 100 persen di kualifikasi grup dan termasuk tim yang  paling produktif mencetak gol. Akan tetapi, langkah Ajax kandas di tangan Benfica di babak 16 besar.Â
Di balik dereten kesuksesan ini, MU dan bahkan Barcelona tertarik dengan Ten Hag. Salah satu alasan paling mendasar dari ketertarikan pada Ten Hag adalah filosofinya dalam membangun permainan tim.Â
Ten Hag mempunyai karakter yang jelas . Pola permainannya lebih menyerang dan dari kaki ke kaki ala filosofi total football yang kuat dianut di timnas Belanda.
Di Belanda, reputasi Ten Hag tak bisa diragukan. Sebelum dipinang Ajax, Ten Hag melatih Utrecht.
Ten Hag tiba di Utrecht ketika klub ini dalam kondisi yang tak stabil. Â Akibat krisis keuangan, performa Utrecht di lapangan hijau juga tak menentu.Â
Lantas, mereka mengontrak Ten Hag. Ten Hag langsung mengubah gaya kepelatihan tim. Mulai dari intensitas latihan para pemain hingga pendekatan secara personal kepada pemain. Tentang pendekatan personal, Ten Hag tak hanya mau mengenal posisi apa yang dimiliki oleh pemain, tetapi karakter seperti apa yang dimiliki oleh pemainnya. Â
Alhasil, Utrecht pun tampil konsisten. Selama era Ten Hag, Utrecht tak sekalipun keluar 6 besar klasemen. Bahkan Utrecht berhasil masuk final Piala Liga KNVB.Â
Gegara performa Ten Hag di Utrecht, Ajax pun tertarik meminangnya. Pinangan Ajax sangat sulit ditolak oleh pelatih berkepala plontos ini. Ya, bukan lagi rahasia jika melatih tim seperti Ajax dan PSV termasuk sebuah keistimewaan untuk seorang pelatih di Belanda.Â
Gaya kepelatihan di Utrecht pun diterapkan di Ajax. Didukung oleh banyak pemain berbakat, Ten Hag mampu mewujudkan taktiknya dengan prestasi di Liga Belanda.Â