Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sikap Kalem pada Erik Ten Hag dan Cara Manchester United yang Membingungkan

2 Juni 2022   08:05 Diperbarui: 2 Juni 2022   08:05 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih baru Manchester United, Erik Ten Hag. Foto: Justin Tallis via Kompas.com

Penentuan Erik Ten Hag sebagai pelatih Manchester United (MU) tak begitu gemerlap apabila dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya. 

Tingkat ekspetasi suporter tak begitu tinggi. Malah cenderung biasa-biasa saja. 

Pelbagai faktor bisa melatari situasi ini. Hal yang paling pertama adalah MU sudah terbiasa menghadapi pergantian pelatih sejak era Sir Alex Ferguson. 

Hampir ekspetasi yang sama ketika setiap pelatih baru yang datang. Pelatih baru terrsebut sekiranya mempertahankan dan mengembalihkan marwah MU sebagai tim kuat di Liga Inggris dan Eropa sebagaimana yang pernah dilakukan Ferguson. 

David Moyes yang dipercayakan untuk menggantikan Ferguson dinilai sebagai sosok yang bisa meneruskan warisan gemilang Ferguson di MU. 

Namun, ekspetasi itu tak tercapai. Moyes gagal melanjutkan tren positif yang telah dibangun oleh Ferguson. 

Sama halnya ketika MU mengontrak Jose Mourinho. Mou yang sudah pernah sukses bersama Chelsea diharapkan mengulangi situasi yang sama. 

Kendati performa Mou tak begitu mengecewakan, Mou masih belum memuaskan cita rasa di Old Trafford. Selain gaya kepelatihan dan relasi Mou dengan para pemain yang disorot, juga suporter MU tak begitu bersimpati dengan gaya permainan MU yang cenderung bertahan. 

Yang paling terakhir adalah pelatih interim, Ralf Rangnick. Suporter MU sangat berharap agar Rangnick yang memprakarsai gaya permainan gegenpressing bisa mengikuti jejak kesuksesan Jurgen Klopp di Liverpool yang nota bene penganut gaya gegenpressing. 

Jalan Rangnick sebagai pelatih sementara begitu terjal. Visi kepelatihannya tak berjalan lancar.

Alih-alih memperbaiki performa MU yang ditinggalkan oleh Ole Gunnar Solksjaer, Rangnick malah terjebak pada lubang yang sama. Akibatnya, MU terlempar dari 4 besar Liga Inggris dan tak meraih titel pada musim ini. 

Dengan situasi seperti ini, tak heran suporter MU terlihat kalem dengan kedatangan Ten Hag dari Ajax.

Barangkali suporter MU enggan untuk berekspetasi tinggi karena kuatir sakit hati makin mendalam.  

Selain itu, reputasi Ten Hag di Eropa belum mentereng. Dan, Ten Hag belum pernah mengecak iklim Liga Inggris. 

Kabarnya juga, gegera tak fasih berbahasa Inggris, Ten Hag harus mengambil kursus bahasa Inggris. 

Makanya, mantan pelatih Ajax ini pasti membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan iklim di MU. 

Di Ajax, Ten Hag sangat dikenal dengan sebagai pelatih yang pro didikan akademi dan mengedepankan para pemain muda. 

Lalu, Ten Hag juga dipandang sebagai pelatih yang memiliki filosofi yang jelas dalam mengatur permainan tim. Ten Hag termasuk pelatih yang menekankan permainan agresif dan penguasaan bola dari kaki ke kaki.

Raihan Ten Hag patut diapresiasi, tak hanya di Liga Belanda, tetapi juga di Eropa. 

Pada level Eropa, Ajax sempat berbicara banyak. Misalnya, musim lalu Ajax menjadi salah satu tim yang tampil produktif di Liga Champions dan menjadi tim yang meraih hasil 100 persen kemenangan di kualifikasi grup.

Tantangan di Liga Inggris memang tak gampang. Ten Hag harus mengencangkan ikat pinggang menghadapi persaingan di antara tim. 

Persaingan di antara tim begitu kuat. Manchester City dan Liverpool masih berada dalam kondisi terbaik dan berpeluang sebagai favorit juara pada musim depan. 

Belum lagi, kemunculan klub kaya baru Newcastle United yang mulai royal belanja pemain top. 

Tottenham Hotspur  mulai menemukan performa terbaik di tangan Antonio Conte, hingga Arsenal yang terus berbenah adalah beberapa tantangan yang bisa menghantui karir Ten Hag di Inggris. 

Kendati Ten Hag masih "hijau" untuk konteks Liga Inggris, gaya kepelatihannya dan kiprahnya sebagai pelatih bersama Ajax bisa menjadi modal dari langkah perubahan MU. 

Terlihat MU mulai berbenah. Misalnya, keberanian MU untuk melepas Paul Pogba sebagai pemain bebas transfer. 

Anehnya, MU mendatangkan Pogba dengan harga tinggi dari Juventus. Namun, MU kemudian membiarkannya pergi begitu saja tanpa mendapatkan keuntungan. 

Cara MU ini bisa membahasakan langkah berani dalam memulai perbubahan di era Ten Haag. 

Selain Pogba, MU juga siap-siap untuk melepas Jesse Lingard. Lingard yang sempat dipinjamkan ke West Ham terlihat tak meyakinkan manajemen MU. 

Langkah-langkah ini bisa saja atas restu dari Ten Hag sebagai pelatih baru di MU. Apalagi, MU kabarnya tertarik merekrut gelandang Barcelona, Frenkie de Jong, yang nota bene mantan anak emas Ten Hag di Ajax.  

Bukan rahasia lagi, jika kehadiran pelatih baru bisa mempengaruhi komposisi skuad. 

Tujuannya, agar rencana kerjanya di MU tak berlangsung timpang. 

Secara umum, Pogba masih mempunyai kualitas terbaik untuk memberikan kontribusi untuk MU. Namun, MU enggan untuk mempertahankannya. 

Pogba tampil tak konsisten. Apabila di timnas Perancis, Pogba tampil gemilang, di MU performa Pogba kerap naik turun. 

Tak ayal, pelbagai opini muncul tentang ketidakkonsisten Pogba antara di MU dan di timnas Perancis. 

Salah satu alasan mengarah pada ketidakjelian pelatih dalam mengolah bakat Pogba. Ada pula yang menilai cara hidup Pogba di luar lapangan hingga caranya menyikapi situasi di lapangan hijau.

Di antara pelbagai alasan itu, langkah MU untuk tak memperpanjang kontrak Pogba bisa menunjukkan langkah perubahan MU di bawah kendali Ten Hag serentak langkah yang mengernyitkan dahi banyak pihak.

Ten Hag memang diharapkan mengubah MU, namun harapan itu tak begitu kuat. Malahan, cara MU melapangkan kepergian Pogba malah membuat bingung. 

salam bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun