Selama lebih dari 30 tahun, Filipina duduk sebagai pemegang medali emas di level Asia Tenggara. Sangat sulit tim-tim lain menyingkirkan dominasi Filipina dari arena bola basket.Â
Namun, Indonesia yang dilatih Rajko Toroman, yang nota bene pernah berkiprah di timnas basket Filipina memberikan efek kejutan.Â
Filipina tersadar bahwa kekuatan yang begitu berjaya selama beberapa dekada di ASEAN runtuh di hadapan timnas basket Indonesia.
Sontak saja, kekalahan ini menimbulkan diskusi di media sosial. Bahkan ketika saya yang berasal dari Indonesia bertemu dengan orang-orang Filipina mereka juga berbicara panjang lebar tentang kekalahan Filipina.
Seorang teman menyampaikan bahwa tim-tim lain di Asia sudah berkembang dan sudah mengenal kekuatan timnas basket Filipina.
Ada juga yang mempersoalkan taktik pelatih. Makanya, seruan agar Chot Reyes yang menjabat sebagai pelatih timnas Filipina untuk turun takhta menjadi bahan diskusi.Â
Juga, ada yang mengkritik seleksi pemain Filipina yang dihuni oleh beberapa pemain veteran dan mengabaikan peran pemain muda.
Bahkan ada yang mengkritik mentalitas para pemain Filipina, yang terlihat meremehkan lawan. Hal ini nampak ketika para pemain Filipina cenderung bermain individual daripada mengepankan permainan tim.Â
Pelbagai komentar ini menunjukkan kecintaan masyarakat Filipina pada bola basket. Sebagaimana biasanya, apabila timnya menang, apresiasi dilayangkan, namun saat timnya kalah, catatan negatif sangat menggema dari luar lapangan.Â
Kekalahan timnas Filipina menjadi catatan yang cukup menyakitkan. Kedigdayaan timnas basket Filipina di Asia Tenggara berakhir di tangan timnas Indonesia.
Pada tempat lain, hal ini seolah membuka pikiran masyarakat Filipina. Ada waktunya kedigdayaan itu bisa berakhir.Â