Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Cara Stefano Pioli Meruntuhkan Keraguan di AC Milan

24 Mei 2022   16:26 Diperbarui: 24 Mei 2022   17:03 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stefano Pioli, pelatih AC Milan yang berhasil mempersembahkan trofi Liga Italia. Foto: AFP/Filippo Monteforte via Kompas.com

AC Milan akhirnya mengakhiri paceklik 11 tahun tak juara Liga Serie A Italia. Status kampiun AC Milan terjadi setelah AC Milan menang dengan meyakinkan 3-0 atas Sassuolo di laga terakhir pekan ke-38 (22/5/22) musim kompetesi 2021/22.

Kemenangan ini sangat spesial untuk AC Milan. Selama 11 tahun, Milan berupaya mencari cara untuk kembali pada jalur permainan terbaik dan naik tangga juara. Raihan musim ini merupakan koleksi yang ke-19.

Upaya Milan selama 11 musim tak gampang. Pelbagai nama pelatih datang dan pergi. 

Hingga Milan kemudian menetapkan Stefano Piolo pada bulan Oktober 2019 setelah Milan memecat Marco Giampaolo. 

Keputusan klub ini tak serta merta disambut positif oleh Milanisti. Ada keraguan dari kubu suporter. Bahkan klub sendiri hanya mengontrak Pioli sebagai pelatih interim. 

Situasi ini dilatari oleh kegagalan Milan mendapatkan jasa Luciano Spalletti yang saat itu melatih Inter Milan. Dengan kata lain, Pioli dipilih karena tak ada pilihan lain dan juga menutup lubang yang ditinggakan oleh Giampaolo.  

Keraguan Milanisti tak reda di awal-awal karir kepelatihan Pioli di Milan. Dari 10 laga pertama Pioli di Serie A, dia hanya berhasil memenangkan 3 laga. Bahkan dalam 10 laga itu, Milan mengalami kekalahan besar kontra Atalanta dan Inter Milan. 

Kekalahan besar itu seolah menjadi titik balik performa Milan. Perubahan di Milan juga diwarnai oleh keberanian klub memanggil Zlatan Ibrahimovich. 

Dari sisi usia, kontrak Milan atas Ibrahimovich patut dipertanyakan. Terlebih lagi, Zlatan sudah berkarir di MLS, liga Amerika Serikat yang nota bene kerap dipandang sebagai liga untuk para pemain top Eropa menjelang pensiun. 

Namun, setelah menilik performa Zlatan dan karakter yang dibawa oleh pemain asal Swedia ini, panggilan itu bukan saja mempertimbangkan kualitas yang dimiliki oleh Ibrahimovich. Pemanggilan Ibrahimovich lebih dilatari oleh karakter dan mentalitas yang bisa dibawa oleh Ibrahimovich ke dalam skuad Milan. 

Sontak saja, Ibrahimovich menjadi salah satu pemain yang menampilkan mentalitas kuat di skuad Milan. Karakternya berani dan tak kenal lelah memberikan energi tambahan di skuad Milan. 

Ibrahimovich membawa karakter seorang pemenang. Sikap dan kata-kata inspiratif kerap memberikan warna tersendiri, namun menambah kekuatan moral untuk AC Milan. 

Selain itu, Pioli juga membangun Milan dengan mengedapankan para pemain muda. Para pemain muda ini didukung oleh faktor mentalitas dan pengalaman yang dimiliki oleh pemain senior seperti Ibrahimovich dan Giroud.  

Secara umum, performa Milan di bawah asuhan Pioli berkembang ketika jeda akibat wabah pandemi Covid-19. Ketika Serie A kembali digulirkan, Milan tak sekalipun memetik kekalahan dari bulan Juni sampai Agustus 2021. 

Berkat performa apiknya itu, Milan harus puas duduk di tempat ke-2. Selain mendapatkan tiket Liga Champions di musim ini, Milan juga memiliki asa untuk bersaing di musim 2021/22.

Tempat Pioli di kursi pelatih juga menjadi aman. Statusnya pun berubah. Milan berani mempermanenkan Pioli sebagai pelatih Milan. 

Benar saja, Milan langsung tancap gas sejak awal musim 2021/22. Milan menjadi salah satu tim yang tampil agresif di Serie A. Wajah Milan juga agak berubah, di mana Milan tak lagi menjadi tim yang gampang meraih kekalahan. 

Konsistensi meraih hasil positif menjadi kontribusi besar Pioli untuk Milan. Milan berupaya menjaga tempat di 4 besar di klasemen. 

Persaingan memang tak gampang ketika Inter Milan dan Napoli juga menunjukkan konsistensi selama musim 2021/22. Akibatnya, peraih Scudetto baru ditentukan hingga laga terakhir. 

Keberhasilan Pioli juga diwarnai oleh keputusan jelinya dalam merekrut pemain. Ketika kiper andalan Milan, Donnarumma gagal memperpanjang kontraknya dengan Milan, Pioli langsung mengontrak Mike Maignan dari Lille. 

Maignan yang baru menjuarai Liga Perancis bersama Lille langsung mengiakan pinangan Milan. Bisa saja, keputusan Maignan ini dilatari oleh kepastian tempatnya di Milan karena status Donnarumma sebagai kiper utama sudah tak jelas. 

Selain itu, Milan juga berani mengontrak pemain muda berkualitas namun kurang mendapat tempat di klub-klub mapan. Contohnya, Fikayo Tomori dan Bakayoko dari Chelsea dan Brahim Diaz dari Real Madrid. 

Para pemain ini mempunyai kualitas untuk tim, namun kalah bersaing di tim utama. Milan memanfaatkan situasi tersebut dengan membeli para pemain muda ini. Lalu, kualitas para pemain muda ini dipadukan dengan para pemain senior.   

Juga, Pioli tak segan untuk mendatangkan striker gaek Giroud dari Chelsea. Walau Milan memiliki dua striker gaek di lini depan, kontribusi keduanya dalam urusan gol berada di atas rata-rata.  

Pioli menjadi sosok penting dari keberhasilan Milan meraih titel Liga Serie A pada musim ini. Berkat raihannya itu, tempatnya semakin kuat di San Siro dan keraguan pun sudah terhapus dari benak suporter yang mengakhiri penantian selama 11 tahun untuk meraih juara Serie A Liga Italia. 

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun