Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Real Madrid Tolak Tunduk dan Pep Guardiola Enggan Bereksperimen

27 April 2022   09:42 Diperbarui: 27 April 2022   09:46 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duel leg pertama pada semifinal Liga Champions antara Manchester City kontra Real Madrid (27/4/22) dini hari tadi WIB diwarnai oleh hujan gol. Total 7 gol yang tercipta dalam laga ini. 

Man City unggul 4-3 atas Madrid. Dominasi Man City dibarengi dengan kemampuan tim dalam mencetak gol. Produktivitas Man City tertantang oleh ambisi dan daya kerja Madrid sepanjang laga. 

Seperti performa Madrid pada dua fase kualifikasi sebelumnya, kali ini Madrid juga menampilkan wajah tolak tunduk pada kemampuan tim lawan, seperti Man City. 

Dua kali Man City unggul 2 gol atas Madrid, namun dua kali juga Madrid menutup defisit dua gol itu. 

Kekalahan 3-4 bagi Madrid bisa memberikan kelonggaran dan membuka kesempatan di leg ke-2. Paling tidak, di leg kedua Madrid bisa memanfaatkan status tuan rumah untuk bisa membungkam anak-anak asuh Pep Guardiola. 

Sudah beberapa kali Madrid menunjukkan mentalitas tolak tunduk pada situasi panas dalam sebuah laga. PSG dan Chelsea sudah merasakan ketakberdayaan pada kekuatan dan semangat Madrid di Liga Champions. 

Hal yang sama juga terjadi di Etihad. Man City menguasai jalannya laga. Bahkan Man City mencetak 2 gol dalam rentang waktu 10 menit. 

Kendati demikian, Madrid tak patah arang. Lagi-lagi Benzema menjadi bintang. Pemain yang menjadi top skorer sementara Liga Champions ini berhasil mencatatkan 2 gol di Etihad. 

Kebintangan Benzema ditopangi oleh kecekatan dan kecepatan Vinicius Jr. Vinicius ikut mencuri perhatian dalam laga ini. Gol Vinicius tercipta berkat aksi individu. 

Kalau Man City memiliki Phil Foden (21 tahun), Madrid mempunyai Vinicius (21 tahun). Duel dua pemain muda ini mempertegas persaingan di masa depan. 

Mentalitas Madrid menjadi kewaspadaan Man City di leg ke-2. Keunggulan 1 atau bahkan 2 gol tak boleh melengahkan konsentrasi para pemain Man City. 

Man City bukan saja menghadapi tim yang kuat secara tradisi dan sejarah di Liga Champions. Akan tetapi, Man City menghadapi tim yang tolak tunduk untuk menerima kegagalan dan kekalahan. 

Madrid dalam kondisi mental yang cukup baik. Terlebih lagi jika akhir pekan ini Madrid mampu meraih trofi La Liga Spanyol. 

Raihan di La Liga Spanyol itu bisa saja mendongkrak mentalitas pasukan Carlo Ancelotti dan menjadi bekal kuat dalam menjamu Man City di Santiago Bernabeu pada pekan depan. 

Maka dari itu, menimbang performa Madrid sejauh ini, peluang kedua tim untuk tembus final masih 50-50. Walau Man City menang, kemenangan itu belum memberikan tempat aman untuk Man City. 

Alasannya semangat Madrid sementara berada di puncak. Semangat ini begitu terlihat ketika Madrid mampu membalas defisit dua gol di stadion Etihad. 

Di balik kemenangan ini, Pep Guardiola terlihat enggan melakukan eksperimen. Pep tetap memercayakan skuad yang mampu memenangkan laga kontra Watford (5-1) pada akhir pekan. 

Gabriel Jesus yang mencetak empat gol kembali dipercayakan di lini depan berperan sebagai striker. Alhasil, Jesus berhasil mencetak 1 gol. 

Juga, Pep berpaku pada skema 4-3-3. Absennya beberapa pemain belakang tak membuat Pep untuk memainkan 3 bek. Sebagaimana yang kerap dilakukannya, Pep tetap fokus memainkan skema 4 bek. 

Padahal, Pep terbilang pelatih yang berani melakukan eksperimen, bahkan dalam laga-laga besar. Di tengah absennya beberapa bek penting, banyak yang menduga Pep akan memainkan 3 bek. 

Namun, untuk mengisi bek kanan yang ditinggalkan Walker karena cedera, Pep memainkan Stones. Akan tetapi, cedera juga menimpah Stones. Kemudian Pep menggantikannya dengan Fernandinho. 

Walaupun Fernandinho kerap ditempatkan sebagai gelandang bertahan, namun Pep terlihat tetap menerapkan 4 bek. Faktor fisik dan mental pastinya melatari Pep menempatkan Fernandinho menggantikan peran Stones di sisi bek kanan. 

Dengan sistem seperti ini, keseimbangan Man City tak terlalu tergoncang. Malahan Man City tetap menguasai laga dan tetap berhasil mencetak gol ke gawang Madrid. 

Artinya, tanpa perlu melakukan eksperimen dan tetap berpaku pada pemain yang tampil baik di beberapa laga terakhir, Man City bisa meladeni semangat para pemain Real Madrid. 

Leg kedua di Santiago Bernabeu akan menjadi ujian mental untuk kedua tim. Walau Man City belum pernah merasakan juara Liga Champions, namun pengalaman di beberapa musim terakhir terlihat sudah menguatkan mental Man City. 

Hal itu bisa terlihat ketika Man City bersikap saat menghadapi tim-tim kuat di Eropa. Kontra Atletico Madrid yang bermain keras di perempat final Liga Champions, Man City cenderung bermain aman dan tak terprovokasi dengan gaya permainan Atletico. 

Lalu, mental Man City juga tak gampang luluh ketika Madrid mengurangi defisit dua gol yang dimiliki oleh Man City. Artinya, Man City juga secara mental sudah siap meladeni permainan Madrid di leg ke-2 di Santiago Bernabeu. 

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun