Situasi monoton ini terlihat tak menguntungkan kompetesi secara umum. Barangkali untuk konteks di dalam Bundesliga, hal ini tak terlalu berpengaruh apa-apa.Â
Namun, mencermati tuntutan pasar secara luas, dominasi ini menutup minat suporter dari luar untuk menonton tayangan Bundesliga. Alasannya, prediksi pemenang turnamen sudah terlihat jelas dan hasil laga gampang terbaca.Â
Berbeda ketika sebuah liga menyajikan kompetesi yang panas hingga akhir musim. Contoh paling nyata adalah Liga Inggris, di mana Manchester City dan Liverpool bersaing kuat di puncak klasemen. Hanya beda 1 poin.Â
Lalu, Liga Italia yang menjadi persaingan 4 tim. AC Milan, Inter Milan, Napoli, dan Juventus. Persaingan ini seolah membangkitkan kembali euforia pecinta sepak bola tayangan sepak bola Liga Italia.
Dominasi Munchen boleh saja menunjukkan kualitas tim itu sendiri. Namun, di sisi lain dominasi ini malah membuat situasi persaingan di level domestik tidak begitu kompetitif. Dampak lanjutnya adalah eksodus para pemain muda berbakat untuk mencari kesempatan sukses di luar Bundesliga Jerman.Â
Tak heran, banyak pemain muda berbakat dari klub-klub di Jerman lebih memilih pinangan klub-klub lain demi meraih prestasi atau pun kesuksesan di level klub. Memilih untuk bertahan hanya membuat para pemain seolah menjadi penonton di tengah dominasi Munchen yang masih sulit terpatahkan.Â
Untuk saat ini, sangat sulit meruntuhkan dominasi Munchen di Bundesliga Jerman. Tim-tim lain harus bekerja ekstra keras untuk menaikan kualitas agar bisa bersaing dengan Munchen yang selalu tampil konsisten dalam 10 musim terakhir.Â
Salam Bola
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H