Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Masalah Dobel Chelsea dan Bayern Munich yang Tersengat

7 April 2022   07:08 Diperbarui: 7 April 2022   07:15 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Dua laga pada babak 8 besar Liga Champions dini hari tadi (7/4/22) menyajikan hasil yang agak mengejutkan. Chelsea tumbang di tangan Real Madrid dengan skor 3-1 dan tim berjuluk kapal selam kuning "Villareal" tenggelamkan tim kuat Bayern Munchen 1-0.  

Dua hasil ini bisa saja mengubah peta persaingan di semifinal Liga Champions. Ya, kendati Madrid terbilang sebagai jagoan Liga Champions, namun performanya kontra Chelsea kerap kali tak meyakinkan.

Karenanya, tak sedikit orang yang lebih menjagokan Chelsea-nya Thomas Tuchel daripada Real Madrid. Prediksi ini terlahir karena faktor pertemuan kedua klub, komposisi skuad, dan performa kedua tim pada musim ini.

Kemenangan di Stamford Bridge menjadi kemenangan pertama Madrid atas Chelsea dari 6 pertemuan mereka. Artinya, kemenangan ini tak sekadar menempatkan satu kaki Madrid di semifinal Liga Champions, tetapi juga mengakhiri nasib sial Madrid ketika bertemu Chelsea.

Bagi Chelsea, kekalahan ini menambah beban moril di dalam tim. Pekan lalu, di Liga Inggris secara mengejutkan Chelsea tunduk 4-1 dari Brentford.

Di atas kertas Chelsea bisa mengalahkan Brentford. Namun, bukannya memenangkan pertandingan guna menjaga asa di tiga besar Liga Inggris, Chelsea malah tumbang di tangan Erikssen dan kawan-kawan.

Kekalahan di Liga Inggris ini sebenarnya bisa menjadi tanda awal bagi pasukan Thomas Tuchel. Lini belakang Chelsea tidak dalam kondisi baik. Alih-alih segera memperbaiki situasi ketika bersua dengan Madrid, malahan Chelsea terjerembab di lubang yang sama.

Sebenarnya, lini belakang Chelsea dikenal solid. Kiper E. Mendy yang mendapat gelar kiper terbaik versi FIFA tahun lalu termasuk penjaga gawang yang jarang memungut bola dari jaringnya.

Namun, dalam dua laga terakhir Mendy harus 7 kali memungut bola dari dalam gawangnya. Pengalaman yang sangat menyakitkan untuk Mendy di dua laga terakhir.

Keroposnya lini belakang Chelsea menambah beban bagi Thomas Tuchel. Pasalnya, lini depan Chelsea belum meyakinkan pada musim ini.

Kedatangan R. Lukaku tak serta merta meningkatkan produktivitas tim dalam mencetak gol. Malahan, Lukaku terlihat kembali di masa-masa di mana dia tampil mentok sewaktu berseragam Chelsea. Karenanya, Tuchel lebih memilih Kai Havertz sebagai striker daripada Lukaku.

Jadinya, Tuchel seolah menghadapi persoalan dobel. Lini depan tak terlalu menggigit dan lini belakang mulai keropos.

Dua masalah ini bisa menjadi batu sandungan bagi Chelsea untuk menjaga asa di tiga besar Liga Inggris dan melaju ke babak semifinal Liga Champions.

Peluang Chelsea melaju ke babak semifinal memang terlihat sulit. Berbekal tradisi kuat di Liga Champions dan keunggulan gol dari kandang Chelsea, Madrid sudah mempunyai keuntungan besar melaju ke babak semifinal.

Hanya perbaikan performa yang bisa mengubah kisah Chelsea di leg ke-2. Perbaikan itu bukan saja dari sisi lini belakang, tetapi juga lini depan Chelsea harus segera menemukan performa terbaik dalam mencetak gol.

Paling tidak, Chelsea mencetak 3 gol tanpa balas di leg ke-2 di Santiago Bernebeu.

Ketika Chelsea harus tunduk sangat menyakitkan di kandang sendiri, secara mengejutkan Villareal menyengat Bayern Munchen.

Kendati hanya menang 1-0, Villareal bisa memberikan efek menyakitkan untuk Munchen yang kerap tampil dominan di Liga Champions pada musim ini.

Menimbang performa Munchen musim ini, tempat Vilallareal melaju ke babak semifinal belumlah aman. Villareal harus waspada pada agresivitas Munchen di kandang, stadion Allianz Arena.

Terbukti, di babak 16 besar ketika Munchen ditahan 1-1 di kandang RB Salzburg di leg pertama. Di leg ke-2, Munchen seolah tampil tanpa ampun, di mana Robert Lewandowski dan kawan-kawan memborbardir gawang RB Salzburg dengan 7 gol.

Keuntungan Villareal adalah sosok pelatih Unai Emery yang sudah makan garam di pentas Eropa. Lalu, faktor Villareal yang nota bene juara Liga Piala Eropa musim lalu menjadi catatan yang bisa menguatkan mentalitas Villareal untuk tak gentar ketika bertamu ke markas Munchen.

Gol tunggal Villareal sudah cukup menyengat Munchen. Ini bisa menjadi batu sandungan bagi Munchen apabila Unai Emery memanfaatkan taktik negatif, di mana lebih condong bermain bertahan.

Apabila Villareal memainkan skenario bermain bertahan, peluang Munchen untuk melaju ke babak semifinal bisa semakin tipis.

Hal ini sudah menyata ketika Villareal unggul di menit ke-8 babak pertama. Memanfaatkan keunggulan ini, Villareal lebih condong bermain bertahan hingga peluit akhir laga. Walau Munchen mendominasi Villareal, Munchen gagal mencatatkan gol balasan.

Gaya ini bisa kembali diterapkan Villareal ketika bertandang ke markas Munchen. Keunggulan 1 gol bisa dijadikan bekal berharga bagi Villareal untuk melaju ke babak selanjutnya. Maka tak berlebihan jika mengatakan gol tunggal V. Groeneveld sudah cukup menyengat Munchen.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun