Pada leg pertama babak 8 besar Liga Champions, Liverpool menang meyakinkan di kandang Benfica (6/4/22). Skor 3-1 atas Benfica terlihat sudah melapangkan satu kaki Liverpool di semifinal. Di atas kertas, laga leg ke-2 di Anfield pekan depan hanya sebagai formalitas.
Ini bisa menjadi kesempatan Klopp untuk melakukan rotasi. Pasalnya, mulai akhir pekan ini Liverpool menghadapi laga-laga krusial kontra Manchester City di Liga Inggris dan semifinal Piala FA.Â
Dalam laga kontra Benfica, Liverpool datang dengan mentalitas yang cukup bagus. Selain sementara menempel ketat Man City di Liga Inggris, Liverpool juga sementara berada di semifinal Piala FA.Â
Artinya, Liverpool sementara berambisi meraih 4 gelar. Piala Carabao sudah terkunci. Tinggal 3 gelar lainnya. Lawan yang bisa menghalangi Liverpool meraih 4 trofi musim ini adalah Man City. Makanya, pekan depan menjadi waktu yang krusial untuk Liverpool.Â
Dengan kemenangan yang meyakinkan di kandang Benfica, Liverpool mulai menatap trofi Liga Champions untuk diraih pada musim ini. Prediksi lawan Liverpool di semifinal adalah Bayern Munchen.
Kendati demikian, dengan kondisi skuad yang dimiliki dan mentalitas Liverpool saat ini, siapa pun lawan hingga tembus final bukanlah halangan satu-satunya. Pasalnya, Jurgen Klopp nampaknya sudah berhasil membangun senjata lini depan yang cukup mematikan.Â
Selain tampil solid di lini belakang, terlebih khusus minimnya faktor cedera seperti tahun lalu, Liverpool juga memiliki deretan penyerang yang mempunyai kontribusi yang persis sama dalam urusan mencetak gol.Â
Pembelian Luis Diaz di bulan Januari melengkapi dan memperkuat komposisi penyerang Liverpool. Pemain timnas Kolombia ini berhasil mencatatkan satu assist dan satu gol di kandang Benfica.Â
Ejekan di awal laga tak menyurutkan Diaz, yang nota bene mantan pemain Porto. Porto merupakan rival kuat Benfica di Liga Portugal.Â
Rupanya, ejekan penonton menjadi daya gedor yang meningkatkan performa Diaz di lapangan hijau. Performanya membungkam Benfica dan sekaligus mengubur mimpi Benfica untuk terus melajut ke babak selanjutnya.Â
Diaz merupakan salah satu pembelian terbaik Klopp. Diaz seolah menjadi salah senjata rahasia Klopp sejak bulan Februari lalu. Terbukti, Diaz tak membutuhkan waktu lama untuk cocok dengan gaya permainan Klopp.Â
Jadinya, tim lawan makin bingung dengan skuad yang dimiliki Klopp. Sebelum kedatangan Jota, Liverpool identik dengan trio Firmino, Mane, dan Salah.Â
Jota datang musim lalu, dan kemudian melengkapi trio ini. Ketika produktivitas Jota makin naik, tempat Firmino makin berkurang.Â
Sama halnya ketika Diaz datang. Klopp mempunyai kesempatan untuk melakukan rotasi.Â
Menariknya, rotasi ini tak terlalu mempengaruhi produktivitas para pemain. Malahan, ketika pemain seperti Diaz, Jota, Firmino, dan bahkan Origi dipercayakan, mereka kerap membuat gol.Â
Ini artinya lawan bisa saja terlihat bingung untuk meladeni para penyerang Liverpool yang memiliki kelebihannya masing-masing. Kehadiran Diaz yang langsung sukses mendapat tempat di lini depan Liverpool seolah menjadi senjata rahasia Klopp menghadapi tim-tim di Liga Inggris dan meladeni jadwal yang ketat di Liga Champions dan Piala FA.Â
Ketika Klopp memiliki senjata rahasia, Manchester City harus tampil sabar menghadapi kesolidan permainan Atletico Madrid. Atletico bermain rapat dan ketat menghadapi dominasi Man City. D. Simeone menerapkan sistem bertahan kontra dominasi Man City.Â
Gegara bermain rapat, Atletico gagal mencatatkan tembakan ke gawang Man City. Jadinya, laga berlangsung tak seimbang.
Kesabaran Man City berbuah lewat gol tunggal Kevin de Bruyne. Gol tunggal ini bisa menjadi titik balik Man City pada leg ke-2 di kandang Atletico.Â
Dalam mana, Atletico pastinya membutuhkan gol ke Man City. Untuk mendapatkan gol, Atletico harus sedikit melonggarkan permainan dan mau tidak mau harus bermain menyerang. Bermain rapat seperti yang dilakukan di kandang Man City bukanlah pilihan yang tepat bagi D. Simeone kalau mau melaju ke semifinal.Â
Namun, Atletico berhadapan dengan Man City yang pola permainannya rapi, teratur, dan terorganisasi. Bermain terbuka bisa menjadi batu sandungan Atletico di kandang sendiri.Â
Dengan kekalahan di kandang Man City, Atletico harus berani mengambil resiko menghadapi dominasi Man City di kandang sendiri. Tanpa berani mengambil resiko, Man City terus mendominasi dan cenderung bermain sabar di area pertahanan Atletico yang cenderung hanya bermain bertahan.Â
Kesabaran Man City membuahkan hasil. Sudah diprediksi sebelumnya jika Atletico akan lebih bermain bertahan daripada mau meladeni permainan Man City secara terbuka.Â
Phil Foden yang tampil apik menjadi salah satu pahlawan dari gol Man City. Dengan adanya pemain seperti ini, Pep Guardiola merasa tak kesulitan untuk menembus pemainan rapat ala Atletico Madrid.Â
Sembari memanfaatkan kualitas yang dimiliki, Man City tinggal menguatkan kesabaran dalam mencari celah di lini belakang Atletico. Bermain sabar menjadi salah satu kunci menghadapi tim yang cenderung bertahan dan mencari celah untuk melakukan serangan baik.Â
Apabila cenderung bermain terburu-buru, hasilnya pun bisa sia-sia. Jadi, kontrol permainan tetap terjaga sembari sabar mencari celah kosong. Bagaimana pun, konsentrasi lini belakang bisa terpengaruh apabila tim terus melakukan penetrasi yang bervariasi sepanjang laga.Â
Kali ini, Pep berhasil menundukan Atletico. Kemenangan ini menjadi bekal manis di kandang Atletico Madrid di leg kedua pekan depan.Â
Salam Bola
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI