Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Nasser Al-Khelaifi, Pemilik PSG yang Perlu Belajar dari Roman Abramovich

11 Maret 2022   10:42 Diperbarui: 11 Maret 2022   10:45 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Drama ramontada ala Real Madrid di Santiago Bernabeu menghayat hati klub kaya asal Perancis, Paris Saint Germain (PSG). Madrid mampu membalikkan keadaan di babak kedua dan dalam waktu yang relatif singkat.

Madrid memanfaatkan kesalahan lini belakang PSG. Nampaknya Madrid mengetahui kelemahan PSG yang tak sudah kalah mental dari tuan rumah.

Pendek kisah, Karim Benzema dan kawan-kawan bersukacita, sementara Lionel Messi dan rekan-rekannya tertunduk kecewa bercampur tak percaya di akhir laga leg ke-2 babak 16 besar Liga Champions.

Di balik drama ramontada ini, pemilik PSG Nasser Al-Khelaifi rupanya tak puas. Ada kekecewaan yang diluapkan selepas laga.

Kabarnya, Al-Khelaifi dan direktur sepak bola PSG, Leonardo menuju ruang ganti wasit dan meluapkan kekecewaan atas apa yang terjadi dalam laga kontra Madrid. Kekecewaan ini barangkali bermula dari gol pertama Madrid.

Benzema yang merebut bola dari Donnarumma dinilai melakukan sedikit pelanggaran. Namun, wasit tak melihat itu dan menolak untuk mengecek di VAR.

Gol pertama itu menjadi penentu. Mental Madrid naik dan PSG menurun. Lini belakang hilang konsentrasi. Jadinya, para pemain Madrid memanfaatkan situasi dengan sangat baik.

Nasser pantas kecewa. Untuk kesekian kalinya, PSG gagal di Liga Champions. Padahal, PSG sudah terlebih dahulu unggul dari Madrid di leg I dengan 1 gol dan 1 gol lagi di babak pertama di leg ke-2, namun keunggulan itu dimanfaatkan.

Trofi Liga Champions menjadi mimpi besar Nasser semenjak menjadi pemilik PSG. Investasi keungan untuk membangun kekuatan PSG sudah terbilang besar. Para pemain bintang berdatangan. Akan tetapi, PSG hanya berjaya di level domestik, dan melempem di daratan Eropa.

Tak tanggung-tanggung, di awal musim ini PSG mendatangkan lima pemain bintang baru, termasuk Lionel Messi. Namun, kelima pemain ini tak memberikan kontribusi yang berarti untuk prestasi PSG di kancah Eropa.

Pada titik ini, bukan saja harmoninasasi para pemain yang perlu disoroti. Akan tetapi, pelatih klub Mauricio Pochettino, yang sempat mengutarakan kesulitannya dalam mengontrol ruang ganti juga patut dipertanyakan.

Mauricio Pochettino bisa menjadi korban pemecatan. Tinggal menanti waktu. Akan tetapi, Nasser perlu belajar dari pemilik Chelsea dalam hal pemecatan dan pemilihan pelatih baru.

Roman Abramovich terbilang sebagai pelatih yang tak segan dalam mengambil keputusan dalam pemecatan pelatih. Ketika seorang pelatih sudah gagal tampil baik, Abramovich langsung mengambil keputusan.

Total 8 pelatih Chelsea semenjak Abramovich menjadi pemilik di tahun 2003. Tak ada pelatih Chelsea yang membekas lama seperti status Alex Ferguson di MU atau pun Arsene Wenger di Arsenal.

Walau demikian, jalan Abramovich ini terbilang efektif. Hampir semua pelatih mempersembahkan prestasi dan trofi. Dari 8 pelatih terlahir 21 trofi.

Contoh paling nyata ketika Chelsea memecat Lampard di pertengahan musim lalu. Thomas Tuchel, yang baru dipecat PSG, dipilih oleh klub.

Di akhir musim, Tuchel berhasil mempersembahkan trofi Liga Champions. Selain trofi Liga Champions, Tuchel juga berhasil meraih trofi Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antarklub.  

Seharusnya, Nasser sudah bersikap ketika ada isu miring yang menimpa Pochettino di PSG. Bukan rahasia lagi, jika Pochettino masih memiliki keingingan kuat untuk kembali ke Liga Inggris. Kabarnya, Manchester United (MU) menjadi salah satu klub yang tertarik dengan pelatih asal Argentina ini.

Selain itu, PSG tampil tak begitu gemilang walau dihuni banyak bintang. Selain gagal melaju di Liga Champions, sebelumnya PSG juga gagal di Copa de France.

Ketika gagal di Copa de France, Nasser seharusnya mulai bersikap. Akan tetapi, Nasser terlihat lamban dan sabar. Padahal, spekulasi nama Zinadene Zidane mencuat sebagai calon pengganti. Terlebih lagi, Zidane masih vakum dari tugasnya sebagai pelatih.

Apabila Nasser berani memecat Pochettino, dan menggantikannya dengan Zidane, barangkali ceritanya berbeda.

Pada tempat pertama, Zidane mempunyai rekam jejak yang positif sebagai pelatih. Ketika melatih Real Madrid, Zidane mampu mengubah mentalitas dan permainan Madrid. Bahkan dia mempersembahkan 3 trofi Liga Champions.

Tersingkirnya Zidane dari Madrid bukan semata-mata prestasi, tetapi karena ketidaksepakatan antara Florentino Perez dan Zidane soal transfer pemain.

Zidane akan mendapat ruang yang luas di PSG dalam urusan transfer pemain karena Nasser mempunyai kekuatan uang yang mumpuni. Namun, situasi ini tak dimanfaatkan oleh PSG.

Sebelum menghadapi Madrid, PSG sudah mengalami kekalahan kontra Nice. Kekalahan ini sebenarnya menjadi awasan bagi Pochettino, namun awasan itu terlihat tak dihiraukan.

Pemilik PSG mungkin masih merenungkan nasib Pochettino. Namun, permenungan itu sudah terlambat untuk musim ini. Saat ini, PSG hanya menanti langkah tegas Nasser dalam bersikap untuk menguatkan timnya.

Sebagaimana gaya Roman Abramovich yang tak segan mengganti pelatih, begitu pun seharusnya langkah Nasser di PSG.

Timnya yang dihuni oleh banyak bintang membutuhkan pelatih yang patut disegani. Untuk saat ini, Zidane menjadi pilihan tepat, karena statusnya sebagai legenda dan reputasi kesuksesannya sebagai pelatih di Madrid.

Pastinya, para bintang akan "tunduk" pada pria asal Perancis. Hal itu terbukti ketika dia membawahi trio Ronaldo, Benzema, dan Bale di Madrid. Ketundukan para pemain kepada Zidane bisa menjadi kunci bagi tim bekerja sebagai tim.

Salam Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun