Pada titik ini, bukan saja harmoninasasi para pemain yang perlu disoroti. Akan tetapi, pelatih klub Mauricio Pochettino, yang sempat mengutarakan kesulitannya dalam mengontrol ruang ganti juga patut dipertanyakan.
Mauricio Pochettino bisa menjadi korban pemecatan. Tinggal menanti waktu. Akan tetapi, Nasser perlu belajar dari pemilik Chelsea dalam hal pemecatan dan pemilihan pelatih baru.
Roman Abramovich terbilang sebagai pelatih yang tak segan dalam mengambil keputusan dalam pemecatan pelatih. Ketika seorang pelatih sudah gagal tampil baik, Abramovich langsung mengambil keputusan.
Total 8 pelatih Chelsea semenjak Abramovich menjadi pemilik di tahun 2003. Tak ada pelatih Chelsea yang membekas lama seperti status Alex Ferguson di MU atau pun Arsene Wenger di Arsenal.
Walau demikian, jalan Abramovich ini terbilang efektif. Hampir semua pelatih mempersembahkan prestasi dan trofi. Dari 8 pelatih terlahir 21 trofi.
Contoh paling nyata ketika Chelsea memecat Lampard di pertengahan musim lalu. Thomas Tuchel, yang baru dipecat PSG, dipilih oleh klub.
Di akhir musim, Tuchel berhasil mempersembahkan trofi Liga Champions. Selain trofi Liga Champions, Tuchel juga berhasil meraih trofi Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antarklub. Â
Seharusnya, Nasser sudah bersikap ketika ada isu miring yang menimpa Pochettino di PSG. Bukan rahasia lagi, jika Pochettino masih memiliki keingingan kuat untuk kembali ke Liga Inggris. Kabarnya, Manchester United (MU) menjadi salah satu klub yang tertarik dengan pelatih asal Argentina ini.
Selain itu, PSG tampil tak begitu gemilang walau dihuni banyak bintang. Selain gagal melaju di Liga Champions, sebelumnya PSG juga gagal di Copa de France.
Ketika gagal di Copa de France, Nasser seharusnya mulai bersikap. Akan tetapi, Nasser terlihat lamban dan sabar. Padahal, spekulasi nama Zinadene Zidane mencuat sebagai calon pengganti. Terlebih lagi, Zidane masih vakum dari tugasnya sebagai pelatih.
Apabila Nasser berani memecat Pochettino, dan menggantikannya dengan Zidane, barangkali ceritanya berbeda.