Benzema mengajarkan dedikasi dan sekaligus memberikan pesan kepada Mbappe yang belum memberikan kepastian untuk Madrid.
Terlebih lagi, tersiar kabar jika PSG hendak menawarkan kontrak baru untuk Mbappe. Mbappe ditargetkan untuk menjadi pemain paling mahal di PSG.
Apabila Mbappe mau sukses di level klub, terlebih di Liga Champions, barangkali Mbappe bisa mengiakan tawaran Madrid. Menimbang performa Benzema setelah meninggalkan Liga Prancis dan berseragam Madrid, Mbappe bisa mengikuti jejaknya.
Apalagi performa PSG tak terlalu menarik. Kekalahan di Bernabeu menjadi bukti bahwa PSG bukanlah tim yang patut disegani di Eropa.
Intensitas permainan kalah jauh dari Madrid. Bukannya memanfaatkan keunggulan, malah para pemain PSG coba mengulur-ulur waktu dengan memanfaatkan keunggulan 1 gol di babak pertama.
Ketika PSG cenderung bermain aman, Madrid terus meningkatkan intensitas. Tiap lini berlari tanpa henti mengejar bola yang sementara dikuasai oleh para pemain PSG.
Ketika para pemain PSG melakukan kesalahan, pada saat itu mesin kerja permainan Real Madrid makin meningkat. Hanya satu tujuan yang berada dibenak para pemain Real Madrid, yakni mencari gol. Bukan saja penyama kedudukan, tetapi gol tambahan.
Real Madrid terlihat membaca kelemahan PSG. PSG boleh cenderung mengontrol permainan, tetapi mentalitas tim agak inferior daripada yang dimiliki dan ditunjukan oleh Karim Benzema dan kawan-kawan.Â
Laga antara Madrid dan PSG menunjukkan beda mentalitas di antara kedua tim. PSG terlihat tak waspada pada kekuatan yang dimiliki oleh Real Madrid. Bahkan kesatuan tim tak begitu tampak.
Sebaliknya, Madrid menunjukkan mentalitas tak cepat tunduk pada situasi. Pemain senior seperti Benzema, Luka Modric, Dani Carvajal, dan Toni Kroos terlihat bermain tak kenal lelah. Modric yang sudah berusia 36 tahun bahkan lebih unggul daripada para gelandang PSG.
Dari Santiago Bernabeu, Madrid memberikan pelajaran penting bagi klub kaya PSG tentang bermain di Eropa.Â