Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Frank Lampard Mulai Terancam dan Harry Maguire Terus Dikritik

8 Maret 2022   06:52 Diperbarui: 8 Maret 2022   06:56 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil buruk dari sebuah pertandingan kerap kali menghadirkan kritikan. Kritikan itu bisa diutarakan untuk performa tim pada umumnya, tetapi juga pada individu-individu tertentu. 

Frank Lampard, yang berstatuskan sebagai pelatih baru Everton mulai menghadapi situasi di kursi panas Everton. Alih-alih mengembalikan performa terbaik Everton, Lampard terlihat mengikuti jejak Rafael Benitez yang dipecat Everton di beberapa bulan lalu dari kursi pelatih. 

Kekalahan telak 0-5 dari Tottenham Hotspur (8/3/22) tentu sangat menyakitkan kubu Everton. Everton makin terbenam. Zona degradasi makin mendekat. 

Performa Everton di bawah kendali Lampard tak membaik. 4 kali kalah dari lima laga terakhir. Hal ini bukanlah tanda-tanda yang baik untuk Lampard sebagai pelatih Everton.

Bukan tak mungkin, cepat atau lambat posisinya sebagai pelatih Everton ikut terancam. Pasalnya, Everton sudah dikenal sebagai salah satu tim kuda hitam di Liga Inggris. 

Dalam mana, Everton biasanya menghuni papan tengah klasemen sementara Liga Inggris. Juga, Everton kerap merepotkan tim-tim mapan Liga Inggris. 

Namun, status itu sudah berjalan terbalik dengan kondisi Everton saat ini. Everton menjadi salah satu tim yang bukannya sulit untuk ditundukan, tetapi tim yang gampang untuk diruntuhkan. 5 gol yang bersarang ke gawang Everton dini hari tadi menunjukkan kerapuhan tim asuhan Lampard. 

Tak berlebihan jika mengatakan bahwa Lampard bisa menjadi korban pertama dari kemerosotan ini. Toh, Everton bukannya tanpa pemain berbobot. 

Sebenarnya, dari sisi skuad Everton memiliki para pemain yang bisa berbicara banyak di Liga Inggris. Di bulan Januari lalu, Lampard berhasil mendatangkan Delle Alli dari Tottenham dan meminjam D. van de Beek dari MU. 

Lalu, Lampard memiliki duo penyerang yang cukup mumpuni. Richarlison dan D. Calvert-Lewin. 

Tentu saja, Everton tak mau masuk zona degradasi, apalagi harus degradasi di akhir musim. Menimbang jumlah laga yang perlahan-lahan berkurang, Lampard harus segera memperbaiki performa Everton. Kalau tidak, nasibnya di Everton tak selesai seturut kontrak yang telah ditetapkan. 

Sejauh ini, belum ada kritik terbuka dengan performa Lampard. Namun, ada batas untuk tak bersuara. Batas itu menjadi luluh ketika tim tak kunjung menampilkan performa terbaik. 

Ketika Lampard belum mendapat kritikan pedas dari suporter Everton, bek tengah Manchester United (MU) Harry Maguire harus bersabar mendengarkan pelbagai kritikan yang terus mengalir kepada dirinya. 

Performanya sebagai bek tengah sementara menurun. Kekalahan besar MU dari rival sekota, Man City dinilai sebagai salah satu kesalahan dan kerapuhan Harry Maguire di jantung pertahanan MU. 

Tak heran, banyak pihak yang mengritik performa Maguire. Bahkan legenda hidup MU, Roy Keane memasukan Maguire sebagai salah satu pemain yang perlu masuk daftar jual MU. 

Barangkali performa Maguire menunjukkan keruntuhan mentalnya. Beban kritik dari luar lapangan tak gampang untuk ditanggung. 

Pernah status Maguire sebagai kapten MU dipertanyakan. Bahkan ada isu mencuat pergantian kapten. Isu-isu seperti ini bisa membebankan, dan ujung-ujungnya mempengaruhi performanya di lapangan hijau. 

Selepas laga kontra Man City, Maguire kembali dikritik. Kritik ini hanyalah salah satu dari gelombang kritik yang harus diterimanya sebagai bek MU, sekaligus kapten tim. 

Kritik bisa melemahkan mentalitas, tetapi bisa menguatkan. Sejauh ini, terlihat kritik dari luar lapangan belum meningkatkan performa Maguire di jantung pertahanan MU. Tandanya, kritik belum berada level yang membantu meningkatkan mentalitas dan performa Maguire di jantung pertahanan MU.  

Maguire terus dikritik. Pelatih interim, Ralf Rangnick masih enggan untuk meminggirkannya. Terlihat pilihan di lini belakang MU begitu terbatas. Karenanya, suporter MU pun perlu bersabar hingga akhir musim berakhir. 

Maguire harus kuat menghadapi pelbagai kritikan. Kekuatannya bisa menjadi motor yang bisa mengembalikan performanya pada level terbaik. 

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun