Ketika Newcastle diambil alih oleh konsorsium pengusaha asal Timur Tengah, klub ini berada di zona degradasi. Hingga di awal Januari, posisi Newcastle tetap berada di zona degradasi.
Cuci gudang pun dimulai. Pertama-tama, Newcastle mengganti Steve Bruce dari kursi pelatih.
Newcastle coba menelusuri beberapa nama beken yang sementara vakum dari dunia kepelatihan. Upaya itu gagal.
Eddie Howe, nama yang belum terlalu dikenal dari sisi prestasi di dunia kepelatihan Liga Inggris dan Eropa menjadi pilihan Newcastle di bulan November tahun lalu. Rupanya, pergantian pelatih bukanlah solusi satu-satunya.
Makanya, ketika musim transfer di bulan Januari lalu dibuka, Newcastle menjadi klub yang paling aktif sekaligus royal dalam urusan belanja pemain. 5 pemain sekaligus didatangkan Newcastle di bulan Januari lalu.
Tentu saja, misi Newcastle adalah keluar dari zona degradasi. Hanya keluar dari zona degradasi dan tetap bertahan di Liga Inggris pada musim depan menjadi daya tarik bagi pemain-pemain hebat untuk datang ke Newcastle.
Proyek Newcastle mulai membuahkan hasil. Dari lima laga terakhir, Newcastle meraih 4 kemenangan dan 1 kali seri. Newcastle hanya kalah dari capaian Liverpool yang berhasil meraih 5 kemenangan di 5 laga terakhir.
Capaian Newcastle ini menunjukkan bahwa Newcastle adalah salah satu pesaing baru di tim papan atas pada musim depan. Bukan rahasia lagi, klub seperti Manchester City dan Chelsea berhasil naik ke permukaan kompetesi Liga Inggris berkat kekuatan uang yang dimiliki oleh pemilik klub.
Newcastle bisa mengikuti jejak kedua klub ini. Bahkan Newcastle bisa melampaui kedua klub ini bila menimbang kekuatan uang yang diinvestasikan ke dalam klub. Untuk saat ini, Newcastle perlu belajar dari proyek Man City dan Chelsea yang sudah sukses di Liga Inggris.Â
Tentu saja, nilai investasi ini berjalan ketika klub memilih pelatih yang tepat dan ditopang oleh upaya klub untuk membangun fasilitas dan akademi klub. Untuk satu dan dua musim ke depan, Newcastle bisa saja masih dalam proses untuk menjadi klub juara.