Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rabu Abu, Berdoa dan Berpuasa untuk Perdamaian di Ukraina

2 Maret 2022   07:26 Diperbarui: 2 Maret 2022   07:29 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perayaan Rabu Abu. Foto: SMH via Kompas.com

Konflik Rusia dan Ukraina memantik bermacam-macam reaksi dari pelbagai tokoh dunia. Mulai dari ranah politik, agama, hingga dunia olahraga serentak bereaksi untuk satu tujuan. Perdamaian. Stop War.

Konflik di masa modern seperti saat ini sangatlah riskan. Resikonya tak hanya bersentuhan dengan mereka yang berada langsung di daerah konflik, tetapi bisa merembes ke beberapa negara, termasuk Indonesia.

Pasalnya, dunia persenjatahan makin canggih. Tentu saja, negara yang unggul dalam persenjatahan bisa menjadi pemenang. Kendati demikian, efeknya sangat besar.  

Situasi bisa ikut menggoncang stabilitas ekonomi walaupun jauh dari daerah konflik. Terlebih lagi, untuk negara-negara kecil dan berkembang yang sangat bergantung pada impor dari negara-negara maju.  

Makanya, siapa pun pasti berharap agar konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia berakhir.

Beberapa hari lalu, Pemimpin Agama Katolik, Paus Fransiskus pun mengeluarkan seruan perdamaian untuk umatnya Katolik dan untuk siapa saja mengenai konflik Rusia dan Ukraina.

Paus Fransiskus meminta kepada umat Katolik dan semua orang untuk memanfaatkan hari Rabu, 2 Maret 2022, sebagai hari untuk berdoa dan berpuasa demi kepentingan perdamaian di Rusia dan Ukraina.

Bagi penganut agama Katolik, hari Rabu (2 Maret 2022) ditetapkan sebagai hari Rabu Abu. Hari Rabu Abu merupakan awal dari masa prapaskah. 

Masa Prapaskah lebih dikenal sebagai masa berpuasa dan berpantang. Berpuasa dan berpantang selama 40 hari menjadi kesempatan permenungan sekaligus persiapan untuk merayakan Pesta Paskah. 

Pada hari Rabu Abu, ada sebuah perayaan liturgi atau misa yang biasanya dilangsungkan di gereja. Dalam perayaan itu, pemimpin upacara seperti seorang pastor akan mengoleskan abu pada dahi umat dengan bertandakan salib.

Abu itu sendiri merupakan hasil bakaran daun palem, yang digunakan pada perayaan Minggu Palma pada tahun lalu. Jadi, bukan sekadar daun, tetapi daum palem atau lebih disebut sebagai daum palma yang sudah diberkati di tahun sebelumnya.

Makna pengolesan abu pada dahi sangat mendalam. Salah satunya hal itu mengingatkan umat Katolik akan keberdosaan diri dan hendaknya bertobat dan memperbaharui diri kita pada pada jalan yang benar.

Pengolesan abu itu juga bisa mengingatkan umat Katolik pada kerapuhannya sebagai manusia. Di tengah kerapuhan kita itu, sekiranya seseorang bersandar kepada Tuhan dan memohon belas kasih Tuhan.

Selain itu, hari Rabu Abu menjadi awal dari petualangan iman untuk berpuasa dan berpantang selama 40 hari. Berpuasa dan berpantang ini menjadi cara untuk mempersiapkan diri menghadapi masa paskah. Juga, ini menjadi cara untuk memperbaharui diri lewat pertobatan.

Berpuasa dan berpantang pada masa prapaskah juga bukan semata-mata untuk kepentingan kesuciaan pribadi, tetapi itu bisa menjadi momen untuk menyampaikan intensi doa demi kepentingan sesama. Termasuk, intensi doa demi kepentingan perdamaian di Ukraina.

Pada titik inilah, Paus Fransiskus menyeruhkan agar berpuasa dan berdoa di hari Rabu Abu sebagai kesempatan untuk berdoa dan berpuasa demi kepentingan perdamaian di Rusia dan Ukraina.

Bagi kita yang beriman kepada sang Khalik, sikap doa menjadi tuntutan mutlak bagi kita untuk memohon yang terbaik atas yang terjadi antara Ukraina dan Rusia.

Mengutuk, mencaci maki, mencelah salah satu pihak, atau bahkan mengangkat senjata untuk terlibat dalam pertumparan darah itu bukanlah solusi. Malahan, itu bisa memperpanjang konflik yang terjadi.

Sebagai orang beriman juga, kita perlu berharap perdamaian di balik situasi yang terjadi. Ketika Rusia dan Ukraina berdamai, bumi sebagai rumah kita bersama juga aman.

Kita yang mungkin tak berdampak secara langsung atas apa yang terjadi sekiranya memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyebarkan damai. Siapa pun pasti menghendaki agar konflik itu segera berakhir.

Untuk saat ini, kita sekiranya berlaku sebagai seorang beriman yang menghendaki agar damai terjadi untuk kita dan untuk mereka di Ukraina dan Rusia.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun