Dalam lanjutan babak 16 besar Liga Champions dinih hari tadi (24/2/22) tersaji dua laga yang cukup menarik. Ajax bertemu dengan Benfica. Dan, Manchester United bertandang ke markas Atletico Madrid.Â
Ajax bermain imbang kontra Benfica 2-2. Dalam laga ini, Sebastien Haller kembali mencuri perhatian.Â
Selain membuat gol bunuh diri, Haller juga mencatatkan 1 gol ke gawang Benfica. Ini menjadi koleksi gol ke-11 Haller dari 7 laga di Liga Champions.
Dengan catatan ini, peluang Haller meraih trofi top skorer Liga Champions makin terbuka. Itu pun  kalau Robert Lewandoski, saingan kuat Haller yang bermain bersama Bayern Munchen tak tampil prima.Â
Tantangan Haller adalah bermain bersama Ajax, tim Belanda yang kurang diperhitungkan di Liga Champions. Menimbang performa Ajax selama masa kualifikasi grup, termasuk saat berhadapan Benfica, Ajax lebih dipandang sebagai kuda hitam di antara tim-tim lainnya.Â
Termasuk hasil imbang kontra Benfica, Ajax menjadi salah satu tim yang mencatatkan kekalahan di setiap yang dilakonkan dalam kompetesi Liga Champions musim ini. Selain tak pernah kalah, Ajax juga terbilang tim yang produktif.
Akan tetapi, catatan positif ini akan mendapat tantangan serius apabila mereka bertemu tim-tim seperti Manchester City, Liverpool, atau pun PSG.Â
Yang menjadi harapan Ajax adalah Erik Ten Hag, pelatih Ajax saat ini sudah pernah merasakan semifinal Liga Champions di tahun 2019. Pelatih yang menjadi incaran kuat MU ini pastinya sudah belajar iklim Liga Champions, dan bagaimana menghadapi pelbagai tekanan yang bermunculan.Â
Dalam laga kontra Benfica, Ajax mulai merasakan persaingan yang kuat. Haller yang mencetak gol bunuh diri bereaksi cepat 4 menit setelahnya. Lalu, Benfica berhasil membalas kedudukan 2-2 di menit ke-70-an.Â
Reaksi Haller pada gol bunuh dirinya menunjukkan baha dia tolak tunduk pada situasi yang terjadi. Gol bunuh diri bukannya melemahkan mentalitasnya, malahan itu memacunya untuk tampil prima, serentak gol itu seperti penebusan atas apa yang telah terjadi.Â
Haller, yang didatangkan dari West Ham dan tampil kurang positif bersama West Ham, menjadi salah satu sensasi di Liga Champions pada musim ini. Paling tidak, sensasi Haller ini bisa bersaing dengan para pemain muda seperti Erling Haaland, Kylian Mbappe, Pedri, dan beberapa pemain muda lainnya.Â
Juga, Haller bisa muncul ke permukaan sebagai salah satu top skorer di antara para legenda seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, dan Roberto Lewandowski.Â
Kemunculan sosok seperti Haller memberikan warna pada Liga Champions. Dalam arti, kompetesi Liga Champions bukanlah dominasi dari beberapa nama tertentu semata, tetapi ini bisa menjadi peluang bagi para pemain lain untuk bisa mengeluarkan performa terbaik.Â
Berkat performanya bersama Ajax, Haller yang terpinggirkan dari West Ham membuktikan dirinya. Bukan tak mungkin, performanya itu bisa menarik klub-klub besar untuk mendatangkannya pada transfer mendatang.Â
Tak berbeda jauh antara laga Ajax kontra Benfica, MU ditahan imbang oleh Atletico Madrid. Secara umum, duel ini terbilang duel beda gaya.Â
Atletico lebih banyak bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik. Sementara MU yang dikendalikan oleh pelatih sementara Ralf Rangnick coba memainkan bola menyerang.Â
Atletico unggul lebih dulu. Namun, keunggulan Atletico pupus ketika pemain remaja Anthony Elanga berhasil menyamakan kedudukan.Â
Ini merupakan gol pertama Elanga di liga champions dalam karirnya sebagai pemain MU. Juga, ini mencatatkan Elanga sebagai pemain muda kelima yang mencetak gol di Liga Champions.Â
Secara umum, Elanga suda mencuri perhatian media, terlebih khusus semenjak Rangnick duduk sebagai pelatih sementera. Rangnick sering memainkan Elanga di skuad utama. Bahkan Rangnick pernah menggantikan Ronaldo, dan lebih mengedepankan para pemain muda, termasuk Elanga.Â
Kiprah Elanga kian cemerlang ketika Greenwood menghadapi masalah pribadi. Kasus ini merugikan citra Greenwood dan meminggirkannya dari skuad MU.Â
Gol di liga Champions berhasil menempatkan Elanga pada daftar salah satu pemain muda yang bisa memberikan harapan untuk skuad MU. Hal itu pun bergantung pada pelatih pengganti Rangnick nantinya.Â
Persoalannya, ketika upaya Rangnick ini tak diteruskan oleh penerusnya. Jadinya, peluang bagi pemain muda seperti Elanga bisa gagal bersinar. Ujung-ujungnya, mereka lebih pergi meninggalkan klub dan mencari peruntungan di tempat lain.Â
Gol Elanga ke gawang Atletico telah mencuri perhatian. Elanga siap-siap terbang apabila mentalitasnya terus terangkat.Â
Bukan tak mungkin, Elanga akan terus mendapat tempat dalam sistem permainan Rangnick. Bagaimana pun, gol yang dibuatnya ke gawang Atletico menjadi salah satu kunci yang menguatkan kepercayaan pelatih kepadanya.Â
Apalagi Rangnick termasuk pelatih yang pro pemain muda. Tak segan-segan memainkan para pemain muda sejauh mereka bisa memberikan kontribusi berarti untuk tim.Â
Elanga perlahan mencuri perhatian MU dan Liga Champions. Panggungnya makin terbuka untuk terus tampil gemilang sebagai masa depan pemain hebat.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H