Namun, pesona striker timnas Belanda ini perlahan meredup hingga jarang menjadi pencetak gol bagi Barca.
Sementara itu, Luuk de Jong yang dipinjamkan dari Sevilla di awal musim ini mulai berkontribusi bagi Barca di La Liga Spanyol. Tercatat pemain asal Belanda ini mencetak gol di dua laga berturut-turut di La Liga Spanyol.
Sempat diragukan menjadi bagian dari formasi Xavi, Luuk de Jong tak patah arang. Beruntung bagi Luuk de Jong karena Barca mengalami krisis striker dan beberapa pemain dibekap cedera dan menderita Covid-19.
Tak melihat posisinya sebagai keberuntungan, Luuk de Jong berupaya membuktikan dirinya sebagai pemain yang perlu diperhitungkan di lini depan. Tak ayal, Luuk de Jong bisa menjadi sandaran Xavi hingga Ferran Torres bisa terdaftar ke tim inti, atau pun Barca berhasil mendapatkan seorang striker yang berkelas.
Minimnya kontribusi gol ke gawang lawan menjadi kelemahan Barca. Kendati menguasai pertandingan, Barca juga perlu bermain efektif. Toh, sebuah laga tak ditentukan oleh dominasi dalam penguasaan bola, tetapi itu ditentukan oleh kemampuan tim mencetak gol guna memenangkan pertandingan.
Masalah mencetak gol ke gawang lawan menjadi persoalan Xavi di Barca. Harapannya, Ferran Torres bisa menjadi salah satu solusi bagi persoalan di lini depan Barca.
Persoalan kedua adalah konsentrasi lini belakang Barcelona. Terlihat Xavi begitu getol untuk mencari striker.
Setelah mendapatkan F. Torres, kabarnya Barca mengincar Alvaro Morata dari Juventus. Akan tetapi, Juventus menggarisbawahi jika Morata tidak dijual.
Pergerakan Xavi ini menunjukkan bahwa dia lebih peduli pada lini depan daripada memikirkan lini belakang.
Lini belakang Barca sebenarnya terlihat keropos. Beberapa kali Barca kebobolan karena para pemain kehilangan konsentrasi atau pun lambat mengantisipasi pergerakan lawan.
Gerard Pique memang tetap menjadi andalan Xavi. Dari sisi pengalaman dan kepemimpinan Pique bisa diharapkan. Namun, dari sisi kecepatan dan kecekatan membaca pergerakan lawan, Pique kerap kalah cepat.