Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jalan Timnas Indonesia, Menggetarkan dan Pelajaran Positifnya

1 Januari 2022   21:37 Diperbarui: 2 Januari 2022   00:45 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekalahan 0-4 dari Thailand pada leg pertama final Piala AFF 2020 seolah menutup rapat pintu bagi Indonesia untuk menjadi juara. Margin 4 gol bukanlah hal yang gampang untuk ditebus apabila menimbang performa dan kualitas skuad Thailand.

Leg ke-2 mungkin menjadi ajang formalitas bagi Thailand. Sementara Indonesia berharap besar pada mujizat untuk membalikkan keadaan. Tentu saja, mujizat ini perlu dibarengi dengan kerja keras.

Terbukti di leg ke-2. Indonesia bekerja ekstra keras agar bisa mengatasi marjin 4 gol. Para pemain berupaya sedemikian agar bisa tercipta gol ke gawang Thailand. Alhasil, Indonesia meraih gol pertama di menit ke-7.

Gol ini memberikan harapan. Margin 4 gol bukan halangan bagi Indonesia ke panggung juara.

Ternyata, Indonesia berhadapan dengan Thailand yang lebih mempunyai kualitas tim yang berada di atas Indonesia. Selain bermain taktis dalam menghalau kengototan permainan Indonesia, Thailand juga tak mengendorkan untuk menciptakan 2 gol ke gawang Indonesia di babak ke-2.

Hasil imbang 2-2 sudah cukup memberikan penghiburan. Kerja keras timnas mungkin terlambat, namun tetap diapresiasi.  

Andaikata semangat yang ditunjukan oleh timnas di leg ke-2 ini ditunjukan sewaktu di leg ke-1, barangkali ceritanya berbeda.

Pengandaian ini memang terlambat, sebagaimana timnas Indonesia yang juga terlambat dalam membaca dan mengantisipasi kekuatan pasukan Thailand. Pada titik ini, timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand, serentak belajar dari kualitas yang dimiliki itu.

Perjuangan timnas Indonesia selama turnamen piala AFF cukup menggetarkan. Misalnya, gol di menit-menit awal lewat Ricky Kambuaya ke gawang Thailand di babak pertama leg ke-2 seolah membangkitkan asa jika Indonesia bisa melakukan apa yang pernah dilakukan oleh tim-tim Eropa seperti Barcelona kontra PSG dan Liverpool kontra Barca di Liga Champions.

Tak hanya itu. Cerita menggetarkan juga ketika Indonesia berhasil menundukan rival klasik Malaysia di babak kualifikasi grup B. Juga, ketika Indonesia menundukan tuan rumah Singapura di leg kedua babak semifinal.

Penampilan Indonesia pada laga-laga ini cukup menggetarkan dan sekaligus membangkitkan semangat suporter sepak bola tanah air.

Di final Indonesia berhadapan dengan Thailand yang tak memiliki segudang prestasi di piala AFF, tetapi juga mempunyai skuad tim yang lengkap. Itulah yang membedakan antara Indonesia dan Thailand di partai final.

Thailand sudah berpengalaman dalam menghadapi partai final Piala AFF. Mereka bisa keluar dari situasi sulit di tengah gempuran timnas Indonesia.

Kegagalan timnas menjuarai piala AFF 2020, di satu sisi, sangat menyakitkan. Di sisi lain, semangat para pemain selama turnamen harus diacungi jempol.

Tim yang dihuni oleh banyak pemain muda dan masih hijau dalam turnamen-turnamen internasional ini berhasil memberikan harapan tentang kemajuan sepak bola Indonesia pada waktu yang akan datang.

Timnas ini ikut membangkitkan euforia suporter tanah air. Bukan tak mungkin, kegagalan di piala AFF 2020 ini menjadi titik tolak timnas Indonesia untuk bangkit dan memberikan efek positif bagi pencinta sepak bola di tanah air.

Timnas Indonesia boleh saja gagal juara pada tahun ini. Akan tetapi, timnas sudah memberikan yang terbaik.

Leg ke-2 seolah menjadi kulminasi dari penampilan terbaik dari timnas selama perhelatan turnamen Piala AFF 2022. Indonesia sudah berusaha, tetapi Thailand tetap tampil lebih efektif.

Saya kira jika gemblengan ala Shin Tae-Yong (STY) terus dilanjutkan, arah timnas bisa berjalan dalam jalur yang tepat. Paling kurang, kita membutuhkan sosok pelatih yang tak hanya pandai dalam soal taktik, tetapi juga pelatih yang keras dan disiplin dalam mengatur skuad.

STY memiliki kemampuan dalam mengarahkan para pemain muda ini. Sikapnya tak peduli pada nama besar pemain menunjukkan bahwa kualitas pemain lebih dipedulikan demi kepentingan permainan tim.

Performa timnas selama perhelatan Piala AFF menjadi pelajaran berharga bagi sepak bola Indonesia. Akhirnya, apabila timnas gagal pada tahun ini, pada tahun-tahun ke depan timnas Indonesia bisa menjadi kesempatan kedua untuk membuktikan diri panggung juara.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun