Undian Liga Champions semalam (13/12) menimbulkan pelbagai reaksi. Untuk pertama kalinya, undiannya harus diulang.
Hasil pengulangannya pun memantik pelbagai reaksi dari beberapa klub. Ada tim yang di undian pertama menghadapi tim yang tak terlalu kuat, tetapi pada undian berikutnya harus berhadapan dengan tim kuat.
Misalnya, PSG yang diundian pertama berhadapan dengan Manchester United (MU). Hasil undian ini cukup menarik suporter.
Laga ini akan mempertemukan kembali duo pemain terbaik dunia Lionel Messi (PSG) dan Cristiano Ronaldo (MU). Pertemuan kedua pemain ini bisa menjadi momentum untuk menunjukkan siapa yang tetap terbaik.
Pertemuan kedua megabintang ini pun gagal terjadi. Hasil undian kedua menunjukkan bahwa PSG harus bersua raksasa La Liga Spanyol, Real Madrid.
Pertemuan kontra MU sebenarnya agak menguntungkan PSG. Pasalnya, MU masih berada dalam situasi yang tak stabil.
Pelatih sementara, Ralf Rangnick masih beradaptasi dengan situasi klub. Kondisi skuad juga terlihat tak mengimbangi apa yang dikehendaki Rangnick di lapangan. Maka dari itu, PSG bisa mengambil kesempatan dengan situasi ini.
Melawan Madrid, PSG yang harus waspada. Boleh dikatakan, PSG berada di posisi tidak aman dalam laga kontra Madrid.
Alasan paling pertama adalah performa Madri di tangan Carlo Ancelotti. Sejauh ini, Madrid mencatatkan 9 kemenangan beruntun.
Catatan kemenangan ini dibarengi dengan kesolidan dari performa di setiap lini. Terbukti ketika Madrid menundukan rival sekota, Atletico Madrid pada pekan ini.
Pasukan Diego Simeone yang dikenal energetik dan kerap menyulitkan tim-tim besar terlihat gampang dijinakan oleh pasukan Ancelotti. Sama halnya, ketika Madrid menundukan Inter Milan di kualifikasi grup Liga Champions di laga terakhir.
Inter Milan yang begitu perkasa di Liga Italia harus mengakui keunggulan dan kesolidan Madrid. Padahal, Inter mempunyai komposisi skuad yang cukup komplit karena dihuni oleh banyak pemain bermental pekerja keras.
Alasan kedua adalah faktor tradisi dan pengaruh Ancelotti. Tradisi Madrid di Liga Champions dan pengalaman Ancelotti seolah berjalan searah. Madrid masih menjadi klub yang berhasil meraih 13 trofi di Liga Champions. Prestasi yang sulit untuk dikejar.
Rekam jejak Madrid ini dibarengi dengan pengalaman Ancelotti di Liga Champions. Tiga kali Ancelotti berhasil meraih trofi Liga Champions dalam karirnya sebagai pelatih.
Keberhasilan Ancelotti mengeluarkan kemampuan terbaik para pemain Madrid patut diacungi jempol. Pada beberapa musim terakhir, Madrid menjadi klub yang irit dalam urusan belanja pemain.
Kendati demikian, Madrid tetap tampil pada level terbaik. Penentuan kembali Ancelotti sebagai pelatih Madrid merupakan pilihan yang tepat.
Di sisi lain, PSG yang dihuni oleh banyak bintang, termasuk trio Messi, Mbappe, dan Neymar masih belum menemukan performa terbaik.
Salah satu persoalan yang dihadapi oleh PSG adalah lini belakang. Lini belakang belum menunjukkan konsistensi dalam menjaga gawang dari kebobolan.
Lalu, para gelandang PSG belum begitu menjadi jembatan yang solid dalam menghubungkan pola permainan PSG dari lini belakang dengan penyerang.
Jadinya, ketika bertemu dengan Man City di kualifikasi grup, performa PSG begitu melempem. Kalah dominasi dari Man City. Aliran bola di setiap lini PSG begitu mandek. Trio Mbappe, Messi, dan Neymar nampak tak bisa tampil maksimal.
Sama halnya ketika bertemu dengan Madrid yang mana sudah tampil konsisten. Tiap lini Madrid tampil solid. Walau duo bek andalan, Sergio Ramos dan Raphael Verane pergi, Madrid berhasil mendapatkan pengganti yang sepadan.
Konsistensi Madrid bisa menjadi ancaman bagi PSG. Kumpulan para pemain bintang bisa saja terperosok oleh kesolidan para pemain Madrid.
Namun, undian kedua malah membuat Real Madrid tak senang. Di undian pertama, Madrid berhadapan dengan Benfica. Prediksinya, hasil positif bisa berpihak pada Madrid.
Undian kedua sangat mengecewakan Madrid karena berhadapan PSG. Barangkali Madrid agak lega ketika berhadapan dengan Benfica. Artinya, pekerjaan tim tak terlalu berat.
Undian kedua membuat Madrid mendapat tantangan serius. Madrid yang sementara berjalan pada jalur yang tepat pada musim ini akan menguji kekuatan PSG.
Secara umum, Madrid akan memberikan perlawanan yang berarti bagi PSG. Bahkan Madrid bisa saja menjadi batu sandungan bagi impian klub kaya ini di Liga Champions.
Berbeda dengan PSG yang mendapat tantangan serius dari Madrid, Chelsea yang berada di tempat kedua grup H seolah beruntung.
Alih-alih tempat kedua dilihat sebagai petaka karena peluang bertemu dengan tim-tim besar, malah Chelsea berhadapan dengan Lille, klub Liga Perancis.
Di atas kertas, Chelsea unggul atas Lille. Kualitas skuad yang dimiliki oleh Thomas Tuchel melebihi apa yang dimiliki oleh Lille.
Chelsea beruntung karena lawannya tak begitu kuat. Pastinya, tak sedikit pihak yang menilai bahwa peluang Chelsea melaju ke babak 8 besar makin terbuka.
Hanya yang perlu diwaspadai adalah faktor kompetesi ini sendiri. Liga Champions kerap menghadirkan kejutan.
Boleh saja di atas kertas sebauh tim bisa unggul segalanya. Namun, situasi berubah ketika di lapangan hijau. Tim yang tak diunggulkan malah berhasil unggul dan tembus ke babak selanjutnya daripada yang tak diunggulkan.
Maka dari itu, selain melihan keberuntungan dari lawannya di babak 16 besar, Chelsea juga perlu mempertahankan mentalitas juara. Sebagai juara bertahan musim lalu, para pemain sekiranya dipompa untuk mempertahankan trofi si Kuping Besar pada musim ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H