Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Berkah untuk Barcelona ke Liga Eropa dan Ancaman untuk Chelsea

9 Desember 2021   06:54 Diperbarui: 9 Desember 2021   19:30 2962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barcelona kalah dari Bayern Munchen 0-3 dan harus bermain di Liga Eropa. Foto: AFP/Alexander Hassenstein via Kompas.com

 

Barcelona kalah 3-0 dari Bayern Munchen. Kekalahan ini menutup pintu bagi Barca ke babak selanjutnya di kompetesi Liga Champions.

Ya, setelah 17 tahun, Barcelona kembali bermain di Piala Eropa. Tentu saja, pada tempat pertama, tak sedikit pihak yang kecewa dan sedih dengan tersingkirnya Barca dari Liga Champions.

Situasi yang dialami oleh Barca dianggap petaka serentak kemunduran. Biasanya, Barca selalu melaju hingga babak perempat final atau pun semifinal.

Namun, pada pihak lain ketersingkiran Barca ini sudah bisa diprediksi. Performa tim dalam kondisi timpang.

Kekalahan kontra Bayern hanyalah salah satu gambarang dari kondisi tim. Bertandang ke markas Bayern, Xavi coba memercayakan para pemain yang relatif sudah lama di tim senior.

Praktisnya, hanya Gavi dilibatkan dalam skuad utama. Skenario ini gagal.

Lantas, Xavi coba memasukan R. Puig, Y. Demir, Mingueza, dan N Gonzales di babak kedua. Situasinya tetap sama. Barca tak bisa mencetak gol ke gawang Bayern, pun tak bisa menutup rapat barisan belakang dari gol tambahan.

Pergantian pelatih sebenarnya bukanlah solusi utama untuk Barca. Xavi Hernandez yang menggantikan Ronald Koeman masih harus berupaya menemukan formula yang cocok untuk mengembalikan mentalitas kemenangan Barca.

Jalan Xavi sebagai pelatih Barca begitu terjal. Kekalahan kontra Bayern merupakan kekalahannya kedua berturut-turut sebagai pelatih Barca.

Pada pekan lalu di La Liga Spanyol, Barca ditundukan oleh Real Betis (0-1). Tiga hari setelahnya, Barca dihantam oleh Bayern 3-0 di Liga Champions.

Tandanya, untuk saat ini Xavi bukanlah solusi jangka pendek. Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu terselesaikan di Barca.

Kekalahan dari Bayern membuat Barca harus bermain di Piala Eropa. Kendati kompetesi ini kerap dikategorikan sebagai turnamen kelas kedua untuk konteks Eropa, namun Barca bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk memperbaiki diri.

Bagaimana pun, Barca membutuhkan kompetesi rasa Eropa untuk bisa mendukung kebangkitan dari keterpurukan. Xavi secara umum masih memercayakan talenta-talenta muda dari La Masia, akademi Barca.

Para talenta muda ini merupakan masa depan Barca. Proyek ini bisa berhasil apabila mereka terus dipercayakan dan dimainkan pada laga-laga penting, termasuk di Piala Eropa.

Terlibat dalam Piala Eropa bukanlah petaka. Malahan ini menjadi berkah bagi Barca dalam mengasah kualitas tim.

Target menjadi juara perlu dikesampingkan terlebih dahulu. Yang paling penting adalah para pemain muda yang sudah perlahan-lahan diorbitkan ke tim utama terus diasah kemampuannya.

Juga, ini menjadi berkah bagi Xavi untuk mengasah kemampuannya sebagai pelatih di mata tim-tim lainnya di Eropa.

Bermain kontra tim-tim asal liga-liga lainnya bisa menjadi kesempatan bagi Xavi mengolah timnya dan menguatkan mentalitas para pemain mudanya. Jadi, tersingkirnya Barca tak boleh dipandang sebagai petaka semata-mata.

Malahan, ini bisa menjadi titik balik sekaligus berkah bagi Barca. Barangkali tempat di Piala Eropa menjadi kesempatan bagi Barca untuk mengembalikan mentalitasnya sebagai salah satu raksasa Eropa.

Berbeda dengan situasi Barca yang harus bermain di Liga Eropa, secara mengejutkan Chelsea menjadi juara kedua di grup H.

Bermain imbang 3-3 kontra Zenit, pasukan Thomas Tuchel ini harus merelakan tempat pertama pada Juventus yang menang kontra Malmo.

Tempat ke-2 bisa menjadi ancaman bagi Chelsea. Peluang terbesar Chelsea adalah melawan tim-tim peringkat pertama dari grup-grup lainnya.

Persoalannya ketika lawan Chelsea adalah lawan berat seperti Real Madrid atau pun Bayern Munchen. Pada titik ini, Chelsea harus memeras tenaga sedini mungkin agar bisa lolos ke babak selanjutnya dan sekaligus berupaya mempertahankan trofi Liga Champions.

Berbekal pengalaman musim lalu dan faktor Tuchel, kemampuan Chelsea tak bisa diragukan. Namun, persoalan mendasar Chelsea ketika para pemain andalan tertimpa cedera.

Pemain andalan ini bisa dikategorikan sebagai mereka yang memberikan pembedaan untuk tim. Kadang tak tampil menonjol, namun kerap kali menerjemahkan taktik pelatih dengan baik dan memberikan energi ekstra untuk tim.

Tanpa mengesampingkan kualitas pemain yang ada, namun Tuchel membutuhkan sosok seperti N'golo Kante atau pun Kovacic di lini tengah Chelsea. Belum lagi, Ben Chilwell yang menjadi salah satu pencetak dari sisi gelandang Chelsea.

Ketika pemain-pemain yang kerap diandalkan dan menjadi tumpuan Tuchel ini cedera, ritme permainan ikut terganggu.

Ketidakhadiran N'golo Kante begitu terasa. Kante kerap menjadi pemain yang seolah berlari tanpa lelah dan membantu dalam bertahan dan menyerang sekaligus.

Di semifinal hingga final musim lalu, Kante menjadi kunci kesuksesan Tuchel. Pemain timnas Perancis menjadi salah satu pemain yang berlari di sepanjang laga. Gayanya seperti di mana pemain lawan menguasai bola, di situ Kante berlari dan merebut bola tersebut.

Harapannya, di babak selanjutnya Kante bisa kembali ke skuad Chelsea. Kembalinya Kante bisa memberikan kekuatan bagi Chelsea dan menambah kepercayaan diri untuk tim untuk melawan tim-tim kuat.

Tempat ke-2 memang tak mengenakkan untuk Chelsea. Bahkan ini menjadi ancaman bagi laju Chelsea bergantung pada hasil undian.

Kendati demikian, ancaman ini menjadi ringan apabila Tuchel kembali mendapatkan pemain-pemain andalannya. Mereka dalam kondisi fit dan selalu siap diturunkan.

Entah siapa lawan Chelsea nantinya, tim-tim lain tak boleh anggap enteng. Status penghuni nomor 2 di grup bukanlah satu-satunya takaran bahwa Chelsea dalam kondisi timpang. Malahan, ini bisa mengelabui mata dan pikiran.

Musim lalu, Chelsea tak terlalu diunggulkan di Liga Champions. Walau tak diunggulkan, Chelsea keluar sebagai juara. Ini berkat Tuchel yang menemukan formula tepat untuk Chelsea dan juga kesiapan tim secara umumnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun