Pada pekan lalu di La Liga Spanyol, Barca ditundukan oleh Real Betis (0-1). Tiga hari setelahnya, Barca dihantam oleh Bayern 3-0 di Liga Champions.
Tandanya, untuk saat ini Xavi bukanlah solusi jangka pendek. Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu terselesaikan di Barca.
Kekalahan dari Bayern membuat Barca harus bermain di Piala Eropa. Kendati kompetesi ini kerap dikategorikan sebagai turnamen kelas kedua untuk konteks Eropa, namun Barca bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk memperbaiki diri.
Bagaimana pun, Barca membutuhkan kompetesi rasa Eropa untuk bisa mendukung kebangkitan dari keterpurukan. Xavi secara umum masih memercayakan talenta-talenta muda dari La Masia, akademi Barca.
Para talenta muda ini merupakan masa depan Barca. Proyek ini bisa berhasil apabila mereka terus dipercayakan dan dimainkan pada laga-laga penting, termasuk di Piala Eropa.
Terlibat dalam Piala Eropa bukanlah petaka. Malahan ini menjadi berkah bagi Barca dalam mengasah kualitas tim.
Target menjadi juara perlu dikesampingkan terlebih dahulu. Yang paling penting adalah para pemain muda yang sudah perlahan-lahan diorbitkan ke tim utama terus diasah kemampuannya.
Juga, ini menjadi berkah bagi Xavi untuk mengasah kemampuannya sebagai pelatih di mata tim-tim lainnya di Eropa.
Bermain kontra tim-tim asal liga-liga lainnya bisa menjadi kesempatan bagi Xavi mengolah timnya dan menguatkan mentalitas para pemain mudanya. Jadi, tersingkirnya Barca tak boleh dipandang sebagai petaka semata-mata.
Malahan, ini bisa menjadi titik balik sekaligus berkah bagi Barca. Barangkali tempat di Piala Eropa menjadi kesempatan bagi Barca untuk mengembalikan mentalitasnya sebagai salah satu raksasa Eropa.
Berbeda dengan situasi Barca yang harus bermain di Liga Eropa, secara mengejutkan Chelsea menjadi juara kedua di grup H.