Di balik kekalahan ini, pelatih Man City Pep Guardiola seolah tak percaya dengan performa anak-anak asuhnya. Pasalnya, tak semua pemain yang diturunkan dalam laga ini adalah pemain lapis dua.
Di lini depan, Pep mempercayakan Foden, Grealish dan Mahrez. Lini tengah dihuni oleh Kevin De Bruyne, Fernandinho, dan I. Gundongan. Â Menimbang kualitas para pemain ini, Man City seyogianya memenangi laga.
Namun, trio lini depan gagal memberikan ancaman yang berarti pada gawang RB Leipzig. Secara umum, Man City tampil mendominasi namun sulit menembus kesolidan para pemain RB Leipzig.
Tandanya, Pep belum menemukan senjata ampuh dalam meruntuhkan tim yang cenderung bermain bertahan. Menjadi sulit bagi Pep ketika pemain lawan hanya mencari kesalahan timnya, dan mengkonversi kesalahan itu menjadi gol.
Pelajaran lainnya adalah ketika pemain andalan seperti Joa Cancelo, Bernardo Silva, Ederson dan Rodri tak diturunkan, Man City terlihat kehilangan ritme permainan. Padahal, sebuah tim yang bertabur bintang seperti Man City harus memiliki keseimbangan setiap lini.
Pep pasti perihatin dengan performa anak-anak asuhnya. Seyogianya, timnya tetap bermain fokus kendati sudah lolos ke babak selanjutnya.
Laga-laga di Liga Champions mesti dijadikan ajang untuk mengukur sejauh mana kekuatan tim dan pemain secara individual hingga mencapai partai final. Dalam laga kontra RB Leipzig Pep barangkali menemukan bahwa timnya yang sebagian besar tetap dihuni oleh pemain bintang kehilangan ritme di kandang Leipzig.
Dengan ini, Pep harus segera mencari akal di babak selanjutnya. Anak-anaknya asuhnya tak boleh kewalahan  ketika bertemu tim kuat dan tim yang menekankan sistem grendel dalam bertahan dan menghalau dominasi Man City.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H