Di awal musim ini secara mengejutkan Ronaldo memutuskan untuk hengkang dari Juve dan pergi ke Manchester United. Alih-alih kepergian Ronaldo dipandang sebagai berkah bagi kesatuan tim, hal itu seperti menjadi  duri kecil bagi performa Juve.Â
Lini depan Juve tiba-tiba menjadi mandul di depan gawang. Kondisi ini tak mengherankan karena Ronaldo sudah menjadi mesin gol Juve semenjak kedatangannya dari Real Madrid.Â
Lubang yang ditinggalkan Ronaldo tak ditutup dengan sosok yang tepat. Allegri coba memanfaatkan permainan tim guna membangun lini serang Juve.Â
Upaya Allegri masih belum menunjukkan tanda-tanda positif. Dari lima laga terakhir, Juve hanya meraih 2 kemenangan dan 3 kali kekalahan. Tempat Juve pun sudah terlempar di posisi 8 klasemen sementara. Tempat yang tidak cocok untuk tim sekelas Juve.Â
Bukan tak mungkin, situasi ini bisa menjadi ancaman bagi posisi Allegri di kursi pelatih. Cepat atau lambat, tempatnya bisa terancam oleh suara-suara kritis dari luar lapangan atau pun pertimbangan manajemen klub.Â
Rekam jejak kesuksesan masa lalu bisa saja terabaikan demi mengembalikan Juve pada performa terbaik. Bagaimana pun, faktor masa lalu bukan semata-mata faktor yang menentukan kesuksesan masa kini.Â
Sama halnya dengan Allegeri. Keberhasilannya di masa lalu bersama Juve bukanlah menjadi jaminan untuk kenyamanannya di Juve.Â
Hal itu sudah menyata dengan Pirlo. Kendati berstatuskan legenda, Pirlo harus menelan pil pahit ketika dihadapkan dengan pemecatan. Â
Peluang kursi Allegri tergoncang apabila menimbang hasil negatif Juve di beberapa pertandingan. Menjadi mungkin bagi Juve mengganti Allegri apabila mereka melirik Zinedene Zidane.Â
Zidane masih vakum dari tugas kepelatihan. Juve bisa menjadi tujuan Zidane apabila menimbang faktor sejarah antara si pelatih dan Juve.Â
Ya, sebelum bergabung dengan Real Madrid, Zidane menjadi salah satu pangeran Nyonya Tua yang sangat diagungkan di Turin.Â