Kasus Pique bisa menjadi salah satu contoh, di mana Xavi tak peduli soal relasi personal. Fokus pada tim menjadi alasan Xavi mengembalikan performa tim pada level terbaik.
Bagaimana pun, faktor pertemanan mesti dipinggirkan guna membangun keseimbangan tim. Kadang-kadang faktor pertemanan menjadi batu sandungan dalam membangun tim. Karena tidak mau melukai teman sendiri, maka kondisi tertentu dibiarkan terjadi, walau hal itu merugikan tim.
Faktor pertemanan perlu dikesampingkan apabila kepentingan tim menjadi penekanan pertama. Artinya, Xavi bisa saja membangkucadangkan mantan rekan-rekan setimnya demi membangun tim yang kuat.
Sejauh tim mendapat keuntungan, keputusannya sebagai pelatih bisa melukai mendapat teman, tetapi bisa mendapat tempat di hati suporter. Pada titik ini, Xavi perlu melihat manfaat terbesar dari keputusannya.
Statusnya sebagai pelatih perlu menempatkan klub di tempat pertama. Relasi personal perlu dikesempingkan apabila hal itu bisa menggangu kestabilan situasi klub.
Ini adalah salah satu tantangan Xavi di Barca. Tantangan berhadapan dengan reaksi dari mantan rekan-rekan setimnya.
Harapannya, mantan rekan-rekannya mendukung Xavi sebagai pelatih Barca. Dukungan itu bisa berupa dengan kepatuhan pada aturan, keputusan, dan kebijakannya sebagai pelatih.
Salam Bola
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI