Setelah hasil pengundian grup Liga Champions dikeluarkan, Grup B dipandang sebagai salah satu grup neraka. Pasalnya, grup ini dihuni oleh jagoan-jagoan kuat dari 4 liga berbeda di Eropa. Liverpool, Porto, Atletico Madrid, dan AC Milan.
Selepas 4 laga berlangsung, Liverpool menunjukkan kelasnya di antara 4 tim ini. Tak tanggung-tanggung, Liverpool berhasil meraup 4 kemenangan dari 4 laga. Pendeknya, Liverpool berhasil mengalahkan semua tim yang berada satu grup dengannya.
Laga dinih hari tadi (4/11) melengkapi dominasi Liverpool di grup neraka. Atletico Madrid yang kerap kali menjadi "kuda hitam" di Liga Champions tak berdaya di hadapan anak-anak asuh Juergen Klopp.
2 gol di babak pertama menjadi bukti bahwa Liverpool terbilang siap untuk menjadi salah satu saingan terkuat di Liga Champions pada musim ini. Kemenangan kontra Atletico membuktikan bahwa Liverpool tak hanya bermain taktis, tetapi juga berhasil meladeni permainan keras dan displin a la Atletico Madrid.
Secara matematis, Liverpool sudah mendapat tiket ke babak selanjutnya. Klopp bisa bernapas lega. Dengan ini, di dua laga selanjutnya, Klopp bisa melakukan rotasi guna menjaga kebugaran para pemain. Bahwasannya, Liverpool masih berkompetesi di 4 laga berbeda pada musim ini.
Keperkasaan Liverpool di grup neraka seolah memberikan pesan bagi para pesaing lainnya di Liga Champions. Secara tradisi, Liverpool menjadi salah satu tim yang kerap berbicara banyak di ajang Liga Champions, setelah Real Madrid.
Kini faktor tradisi ini diimbangi oleh kekuatan dan keseimbangan skuad. Sejauh ini, Jurgen Klopp tak dipusingkan oleh cedera dan masalah kebugaran para pemain. Di tambah lagi, Klopp diberkahi oleh kualitas Mohamed Salah pada musim ini.
Kualitas Salah ini dibarengi dengan kondisi skuad yang secara umum siap untuk menerima tantangan ketika diturunkan ke tim inti. Jadi, pada umumnya kondisi skuad dalam situasi seimbang dan fit.
Ya, musim lalu persoalan terbesar yang menghampiri Klopp adalah soal cedera. Permasalahan cedera ini tak ditutup oleh pemain yang seimbang. Makanya, Liverpool berjalan timpang ketika memasuki tahun 2021.
Ketimpangan itu menyata ketika Liverpool disingkirkan oleh Real Madrid di babak perempat final Liga Champions. Namun, situasi membaik ketika memasuki musim ini.
Beberapa pemain penting seperti Virgil van Dijk dan  Joe Matic yang sudah kembali dari cedera. Barangkali karena trauma dengan situasi lini belakang musim lalu, Klopp menambah lini belakang dengan merekrut I. Konate dari RB Leipzig dan mempercayakan pemain muda K. Tsimikas di sisi kiri.
Hasilnya, lini belakang Liverpool kembali tampil solid. Cedera serius Van Dijk seolah tak berpengaruh pada performanya pada musim ini. Van Dijk tetap menunjukkan kualitasnya sebagai seorang bek yang perlu disegani. Â
Secara umum, Liverpool berada di jalur yang tepat di liga Champions. Keberhasilan Klopp tampil dominan di grup neraka (grup B) memberikan pesan kepada para pesaing tentang kondisi Liverpool saat ini.
Liverpool perlu diperhitungkan sebagai tim yang perlu diwaspadai pada Liga Champions pada musim ini. Ketika semua pemain berada dalam kondisi bugar, Liverpool begitu tampil dominan, kendati berhadapan dengan tim-tim kuat.
Tak jauh berbeda dengan Liverpool, Man City yang berada di grup A juga tampil meyakinkan dengan mengalahkan Club Brugge. Kemenangan besar 4-1 menunjukkan dominasi Man City di grup A.
Karena kemenangan ini, Man City berhasil merangkak ke posisi 1 setelah Paris Saint Germain meraih hasil imbang kontra RB Leipzig. Tempat pertama di grup bisa menjauhkan Man City dari situasi sulit saat melaju ke babak selanjutnya.
Yang menjadi agak rumit saat ini adalah PSG. PSG bisa saja berhadapan dengan tim-tim besar yang berada di peringkat pertama pada babak selanjutnya.
Sebagaimana gaya permainan Pep, Man City tampil mendominasi setiap laga. Hasil 1-1 di babak pertama tak serta merta membuat Man City menjadi panik.
Man City tampil laiknya seperti mesin yang kalau terus digerakan akan semakin panas. Tepat saja, hujan gol ke gawang De Brugge berlangsung pada babak ke-2.
3 gol yang bersarang ke gawang De Brugge menunjukkan bahwa Man City bukanlah tim yang tunduk pada tim yang kerap bermain rapat. Kendati bermain tanpa striker tunggal, Man City selalu mengharapkan trio gelandang seperti R. Mahrez, P. Foden dan J. Grealish. Â
Kemenangan Man City sangatlah penting untuk menjaga tempat di Liga Champions. Beruntung bagi Man City karena PSG meraih hasil seri 2-2 kontra RB Leipzig.
Dua laga terakhir, termasuk pertemuan kontra PSG akan menjadi momentum siapa yang berada di peringkat pertama. Untuk konteks di Liga Champions, tempat pertama harus menjadi target agar bisa menghindari tim-tim besar yang berada di tempat pertama.
Man City bisa memanfaatkan momentum berada di tempat pertama saat bermain di dua laga terakhir di Liga Champins. Cara seperti ini terbilang taktis agar babak selanjutnya "diringankan" saat bertemu tim berposisi kedua.
Sebagaimana yang ditampilkan Man City saat bertemu De Brugge, di mana semakin digerakan tim semakin panas, begitu pun jalan taktis Man City yang bisa dijalankan Man City hingga ke partai puncak.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H