Beberapa hari lalu, seorang teman berprofesi guru asal Manggarai Barat, Flores bercerita pengalaman pribadi yang berbau mistis. Selama beberapa tahun terakhir ini, dia kerap dirasuki oleh arwah dari orang meninggal dunia.
Menurutnya, dia bisa melihat roh, berkomunikasi dengan mereka, dan menjadi perantara roh orang mati dengan keluarga atau pun teman mereka. Pendeknya, dia seolah sudah menjadi instrumen dari roh-roh orang mati.
Persoalannya ketika dia tak bisa menerima kenyataan ini. Secara umum dia tak menyadari diri ketika dia dirasuki oleh orang mati. Namun, dia juga kadang sadar ketika melihat roh orang mati, seperti misalnya, saat mengunnjungi kuburan.
Karena situasi ini, dia seolah diliputi oleh beban batin. Beban batin karena merasa diri tak pantas untuk mendapat "karunia" seperti itu.
Teman ini termasuk orang yang rajin berdoa. Bahkan dia menjadikan hidup doa sebagai alat untuk menguatkan dirinya di tengah kenyataan yang dimiliki.
Karena kenyataan ini, tak sedikit orang yang datang kepadanya dan meminta bantuan spiritual. Mereka mendapat petunjuk guna melihat apakah persoalan yang terjadi di keluarga mereka atau relasi mereka ada hubungannya dengan roh-roh orang mati.
Bahkan orang sakit pun berdatangan. Umumnya, mereka sembuh ketika mendapat penerangan lewat komunikasi yang dijalaninya dengan roh orang mati yang kebetulan mempunyai ikatan tertentu dengan si sakit.
Kendati demikian, dia merasa terbebankan dengan situasi itu. Batinnya juga tak nyaman dan coba bertanya kepada rohaniwan tentang apa yang dialaminya.
Beban batin lainnya adalah dia tak mau dipandang sebagai dukun. Dalam bahasa Manggarai, Flores, istilah dukun biasa disebut dengan "ata mbeko."
Kadang-kadang, konotasi ata mbeko sangatlah negatif. Tak sedikit, orang menyudutkan makna ata mbeko dengan seseorang yang melakukan perbuatan jahat dengan memanfaatkan roh orang mati.