Manchester United (MU) yang perlahan meninggalkan stadion Old Trafford. Langkah kaki mereka seolah searah dengan langkah kaki para pemain yang pergi ke ruang ganti.Â
Ketika peluit babak pertama usia ditiup, tak sedikit suporterPuncaknya, ketika skor di babak ke-2 sudah 5-0. Terlihat ribuan suporter MU yang memilih pergi daripada melihat tim mereka tak beradaya di tangan tamu dan tak kuasa mendengar nyanyian para fans Liverpool di rumah mereka.Â
Pilihan pergi dari stadion merupakan gambaran kekecewaan. MU yang seharusnya menjadikan momen pertemuan kontra Liverpool sebagai titik balik malah menjadi bencana. 4 gol terlahir di babak pertama seolah mengakhiri laga. Beruntung, MU hanya kebobolan 1 gol di babak kedua ketika mereka sudah bermain dengan 10 pemain.Â
Kekalahan MU memang sudah bisa ditebak.Pada beberapa pertandingan terakhiri, MU tampil tak konsisten.Â
Materi pemain MU tak bisa diragukan. Mendatangkan Cristiano Ronaldo, Jadon Sancho, dan Raphael Verane di awal musim ini melengkapi skuad yang telah dibangun Ole Gunnar Solksjaer dalam masa kepelatihannya.Â
Namun, kualitas skuad ini tak berdaya di tangan Liverpool. Paling tidak, 3 faktor yang menyebabkan MU harus tunduk pada kekuatan Liverpool.Â
Pertama, faktor Mohamed Salah
Mohamed Salah menjadi buah bibir di beberapa pertandingan terakhir. Hattrick Salah ke gawang MU seperti menegaskan peluangnya untuk meraih Ballon d'Or pada tahun ini. Kalau pemain timnas Mesir ini gagal meraihnya pada tahun ini, peluangnya bisa terbuka pada tahun depan. Tentu saja, hal ini bisa diimbangi dengan keberhasilan timnya meraih trofi.Â
Salah menjadi faktor pembeda di laga kontra MU. Selain mencetak 3 gol, Salah juga menjadi salah sosok yang merepotkan barisan belakang MU. Gol cepat Liverpool terlahir dari ketidakegoisan Salah dalam melihat Naby Keita yang luput dari pandangan bek MU.
Salah tak hanya bermain untuk menunjukkan level individunya semata. Namun, dia juga mampu membantu rekan-rekan setimnya untuk tampil baik.Â
Pada titik ini, MU tak mempunyai sosok yang menyurapi Salah. C. Ronaldo, Bruno Fernandes, dan Mason Greenwood seolah bermain sendiri di tengah kesatuan tim. Pergerakan mereka juga gampang terbaca oleh lini belakang Liverpool.Â
Kedua, keseimbangan setiap lini
Liverpool pantas meraih kemenangan 5-0 apabila menimbang performa setiap lini. Dari lini belakang hingga lini depan, Liverpool menunjukkan kualitas yang persis sama. Bahkan para pemain belakang seperti juga ikut memberikan andil dalam melahirkan gol ke gawang MU.Â
Rupanya suporter MU pasrah bercampur kecewa. Pilihan meninggalkan stadion di babak pertama menandakan bahwa harapan MU membalikkan keadaan sebagaimana yang dilakukan saat MU bermain kontra Atalanta di Liga Champions sudah terlihat tipis. Liverpool lebih siap dan suporior atas MU di segala lini.Â
Tak heran, para pemain MU malah frustrasi berhadapan dengan pola permainan Liverpool. Terbukti, Ronaldo mendapat kartu kuning ketika menendang pemain belakang Liverpoo. Juga, pelanggara Paul Pogba yang masuk sebagai pemain pengganti.Â
Liverpool lebih seimbang daripada MU juga terlihat dari performa lini belakang. Selain lini belakang ikut membantu melakukan serangan, juga solid mengantisipasi pergerakan C. Ronaldo, Greenwood, dan Bruno Fernandes.Â
Sebaliknya, lini belakang MU begitu rapuh. Lindelof gagal menjadi tandem Harry Maguire. Maguire sendiri terlihat "abu-abu" dii antara pola serangan Liverpool.Â
Gol pertama Liverpool menunjukkan bahwa konsenstrasi pemain MU begitu buyar. Alih-alih menjaga pergerakan Salah, lini belakang tak menyadari pergerakan gelandang Liverpool N. Keita. Bahkan lini belakang MU semakin ambyar ketika tak menjaga dengan baik posisi M. Salah di lini belakang.Â
Kelihatannya para pemain belakang kehilangan konsenstrasi dan mungkin pasrah dengan keadaan. Rencana pelatih sudah terlihat tak cocok dengan pola permaianan Liverpool.Â
Ketiga, taktik Klopp lebih berhasil ketimbang Ole
Rencana Jurgen Klopp berjalan lancar di Old Trafford. Lini serang dipercayakan kepada Diego Jota, R. Firmino dan M. Salah.Â
Sementara itu, S. Mane berada di bangku cadangan. Rupanya, Klopp lebih memilih Jota yang lebih efektif dalam melihat ruang kosong di lini depan. Rencana ini berjalan sukses. D. Jota menjadi salah satu pencetak gol Liverpool.Â
Ole Gunnar Solksjaer secara mengejutkan membangkucadangkan Paul Pogba. Di lini tengah, Ole mempercayakan S. McTominay dan Fred. Pogba masuk ke lapangan saat skor sudah 4-0.Â
Bagaimana pun, situasi ini pasti tidak menyenangkan pemain yang menjadi penyumbang assist terbanyak untuk MU pada musim ini. Seharusnya, Pogba-lah yang ditandemkan dengan McTominay. Salah satu alasan adalah mentalitas Pogba yang sering tampil "Oko" ketika bermain dalam laga-laga besar.Â
Namun, Ole mempunyai rencana yang salah. Fred dan McTommay gagal menjadi tandem yang bisa melindungi kerapuhan lini belakang MU. Juga, Pogba pun masuk bukan mengubah keadaan, tetapi membuat dada suporter MU makin sesak.
Kartu merah yang diperoleh Pogba seolah melengkapi rasa frustrasi para pemain MU di Old Trafford. Ini juga menandakan bahwa Ole terlihat gagal dalam menunjukkan rencana yang terbaik untuk MU di Old Trafford.Â
Kekalahan MU makin memojokkan nasib Ole di kursi pelatih. Gaungan pemecatan makin kencang. Kekalahan kontra Liverpool merupakan luka yang sulit diterima.
Luka ini semakin dalam ketika para suporter Liverpool bernyanyi lebih kencang daripada siulan-siulan sinis suporter MU kepada Ole dan para pemain MU. Hasil laga menunjukkan bahwa MU sementara jatuh ke dalam jurang, dan Liverpool makin perkasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H