Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pelajaran bagi PSG dan Barcelona dari Kesempurnaan Bayern Muenchen

22 Oktober 2021   07:28 Diperbarui: 22 Oktober 2021   18:48 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kualifikasi grup Liga Champions 2021/22 bisa menjadi referensi dari perjalanan tim-tim ke tangga juara. Sejauh ini, beberapa tim tampil sangat meyakinkan. Dalam arti, meraih 100 persen kemenangan. Salah satunya Bayern Munchen.

Bayern Munchen menjadi tim yang belum kebobolan di fase grup. Dari 3 laga, Munchen berhasil menang 3-0 kontra Barcelona, 5-0 kontra Dynamo Kyiv dan 4-0 kontra Benfica. Total 12 gol yang tercipta dan gawang Manuel Neur masih perawan.

Tak ayal, Bayern menjadi favorit kuat untuk menjadi juara pada musim ini. Di bawah asuhan pelatih muda Julian Nagelsmann (34 tahun), Bayern tetap mempertahankan performa pada level terbaik kendati berganti pelatih. Nagelsmann berhasil menjalani masa transisi dari pelatih sukses, Hansi Flick.

Performa Munchen bisa menjadi awasan bagi tim-tim besar lain di Eropa. Pasalnya, Munchen tak hanya produktif di lini depan, tetapi juga solid di lini belakang.

Lalu, Nagelsmann berhasil menekankan permainan tim daripada fokus pada kualitas individu. Jadi, secara umum Munchen tak terlalu peduli pada kualitas pemain secara individu, tetapi pemain yang bisa cocok dengan sistem tim untuk bermain sebagai tim.

Kunci bermain sebagai tim inilah yang membuat pemain seperti Robert Lewandowski, T. Muller, L. Sane, J. Kimmich bermain dalam level terbaik. Secara umum, Bayern tak mencari pemain berharga fantastis, tetapi mencari pemain yang mau bekerja dalam sistem tim.

Selain menjadi awasan bagi tim-tim Eropa, penampilan Bayern bisa menjadi bahan pelajaran. Paling tidak, PSG harus belajar dari Bayern agar tampil solid di setiap lini.

Sejauh ini, PSG menunjukkan performa yang belum meyakinkan. Contohnya, dalam laga kontra RB Leipzig di Liga Champions. 

RB Leipzig lebih dahulu unggul dari PSG. Beruntung, tuah Lionel Messi hadir di waktu yang tepat. Kalau tidak, tim yang bertabur bintang ini akan jatuh dalam kesulitan.

Lawan RB Leipzig, PSG tampil kurang meyakinkan. Beberapa kali lini belakang PSG diteror oleh serangan cepat pemain RB Leipzig. Tak ayal, RB Leipzig mendapat catatan tembakan ke gawang lebih banyak daripada yang dimiliki PSG.

Persoalan lini belakang bisa menjadi batu sandungan bagi kualitas lini depan PSG. Apabila tak segera dibenahi, PSG bisa kembali gigi jari di pentas Liga Champions pada musim ini.

Makanya, PSG perlu belajar dari Munchen yang memiliki lini belakang yang solid. Belum kebobolan sekalipun.

Dari sisi kualitas antara Bayern dan PSG, lini belakang hampir serupa. Barangkali, pola permainan sebagai tim secara keseluruhan sangat mendukung dalam membangun setiap lini, termasuk lini belakang. Dalam arti, setiap pemain berupaya untuk membantu dalam bertahan.

PSG memiliki lini depan dan tengah yang cukup kuat. Namun, para pemain depan dan tengah ini juga tak menutup kemungkinan untuk memainkan peran dalam membantu pertahanan.

PSG membutuhkan keharmonisan di setiap lini kalau mau meraih Liga Champions. Keberadaan Lionel Messi sendiri tak cukup untuk membantu PSG bisa meraih juara pada musim ini. 

Yang dibutuhkan adalah kerja sama setiap lini, sebagaimana yang ditampilkan oleh Bayern Munchen. Lini belakang menjadi PR besar PSG, termasuk di Liga Prancis. Pasalnya, PSG terlihat masih sulit menjaga gawangnya dari kebobolan. 

Ketika PSG tampil kurang meyakinkan, posisi Barcelona juga masih meragukan untuk maju ke babak selanjutnya. Gol tunggal Gerard Piques ke gawang Dynamo Kyiv seolah memperpanjang napas Barca di Liga Champions. 

Peluang bagi Barca melaju ke babak selanjutnya masih terbuka. Skenarionya seperti ini. Barca harus menang dalam laga tersisa kontra Dynamo dan Benfica guna mengamankan 6 poin, sementara Benfica kembali kalah di tangan Bayern. Dengan skenario seperti ini, Barca berpeluang tetap lolos ke babak selanjutnya.

Namun, menimbang performa Barca kontra Dynamo, skenario ini sangat diragukan terjadi. Ronald Koeman terlihat belum menemukan formasi yang tepat dalam mengeluarkan permainan terbaik Barca di Liga Champions.

Barca perlu belajar dari Bayern dalam menciptakan kualitas permainan terbaik. Tiap pemain ditempatkan di pos-pos yang tepat. L. Kane kembali menjadi bintang Bayern, karena Nagelsmann memberikan kebebasan bagi mantan pemain Man City di lini depan Bayern. 

Dalam laga kontara Dynamo, lagi-lagi Koeman memasang Luuk de Jong. Dalam laga ini, de Jong membuang beberapa peluang emas di depan gawang. Padahal, Coutinho atau pun Ansu Fati bisa diturunkan.

Barangkali Koeman terlalu berpikir tentang El Classio pekan ini, sehingga dia tak mau mengorbankan pemain terbaiknya. Kendati demikian, pengorbanan seperti ini bisa berisiko dalam perjalanan tim di Liga Champions.  

Barca masih diragukan. Sementara Bayern tampil meyakinkan. Keyakinan Bayern bisa menjadi pelajaran berharga bagi Barca untuk mengeluarkan kemampuan terbaik pada setiap laga.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun