Di tempat kerja pertama, dia hanya bertahan tiga bulan bekerja. Dia gagal beradaptasi. Karena tidak mampu menghadapi situasi baru, dia cenderung memberontak. Pilihannya dia dipindahkan dari tempat kerja yang satu ke tempat yang lainnya. Namun, persoalan yang sama tetap terjadi.
Maka dari itu, kita tak boleh menganggap enteng proses adaptasi di tempat kerja pertama. Proses adaptasi di tempat kerja pertama seolah menjadi titik tolak bagi kita menghadapi pelbagai dunia kerja yang berbeda.
Ketiga, Lebih banyak belajar dan mengasah kemampuan
Proses belajar tak berhenti di bangku kuliah. Tempat kerja pertama menjadi medium kita bisa belajar dan bukan saja medium untuk mengeksekusi ilmu yang diperoleh.
Dengan kata lain, kita tak hanya menguji ilmu yang telah kita peroleh, tetapi kita juga perlu belajar dari realitas yang kita hadapi di dunia kerja. Â
Ketika kita sudah masuk dunia kerja, misalnya tempat kerja pertama, kita sekiranya lebih banyak belajar daripada hanya membandingkan ilmu dengan realitas. Anggap saja tempat kerja pertama sebagai arena yang tak jauh berbeda dari ruang kelas.
Mengapa kita harus belajar? Ya, pada titik ini kita pun tidak melihat bahwa mendapat pekerjaan pertama sebagai titik akhir dari proses belajar. Pada saat kita menyadari tempat kerja pertama sebagai arena belajar, kita tak menutup pintu untuk hal-hal baru.
Malahan, kita bisa diperkaya untuk terus mengasah kemampuan kita. Bisa jadi, pada setiap tempat kerja baru, kita terbuka untuk mempelajari hal-hal baru daripada hanya untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku sekolah.
Pengalaman di tempat kerja pertama sangatlah signifikan dalam perjalanan karir. Itu seperti fondasi pertama yang bisa membangun karakter kita menghadapi pelbagai situasi di dalam dunia kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H