Juara Piala Dunia 2018, Prancis gugur di babak 18 besar Euro 2020. Suporter Prancis pasti kecewa bercampur tak percaya dengan kekalahan itu.
Betapa tidak, Prancis datang ke Euro 2020 berstatuskan favorit kuat untuk menjuarai turnamen. Rekam jejak Prancis di Piala Dunia 2018 menjadi salah satu tolok ukur, di mana Prancis bisa mengawinkan Piala Dunia 2018 dengan Piala Eropa 2020.
Namun, status favorit itu hanyalah di atas kertas. Prancis kandas di tangan Swiss lewat drama adu penalti.
Banyak pihak memprediksi bahwa Prancis bisa mengatasi Swiss. Akan tetapi, Prancis malah kandas di tangan Swiss.
Sudah unggul 3-1 mendekati menit-menit akhir masa penuh 90 menit laga, Prancis tidak bisa mengatasi serangan Swiss. 2 gol memaksa Prancis bermain di tambahan waktu.
Tidak seperti Spanyol yang mencari gol di tambahan waktu saat kontra Kroasia, Prancis menentukan nasibnya di adu penalti. Adu penalti kerap berhubungan dengan factor mental yang dicampur dengan keberuntungan.
Swiss menunjukkan mental tak gentar pada kekuatan Prancis sepanjang 90 menit waktu normal. Begitu pula pada perpanjangan waktu.
Adu penalti berpihak kepada Swiss. Kylian Mbappe yang menjadi algojo terakhir dari Prancis gagal mengeksekusi penalti.
Swiss bersorak, Prancis sedih dan kecewa. Kylian Mbappe yang gagal mengeksekusi penalti pun menjadi sasaran tembak banyak pihak. Ternyata, mengeksekusi penalti tidak sekadar nama besar, tetapi soal mental seorang pemain. Â
Bukan hanya dari supporter. Akan tetapi, kritik juga keluar dari anggota keluarga para pemain. Saling serang di antara keluarga pemain menjadi jejak yang tertinggal dari duka yang menimpa tim Ayam Jantan, julukan Prancis.
Siapa pun pasti kecewa dengan cara Prancis tersingkir. Di luar dugaan, bukan saja karena prediksi, tetapi berdasarkan jalannya pertandingan.