Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pep Guardiola Kena Kutukan Dukun asal Afrika dan Anggapan Tangisan Palsu

4 Juni 2021   21:11 Diperbarui: 4 Juni 2021   21:28 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pep Guardiola tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya selepas timnya meraih kekalahan dari Chelsea dalam final Liga Champions (30/5/21). Taktiknya gagal total.

Chelsea berhasil mengunci rapat barisan pertahanannya dari serangan para pemain Manchester City. Alih-alih ingin menyerang Chelsea, Man City malah kecolongan. Kecolongan kecil tetapi berakhir fatal.

Terakhir kali Guardiola mencium trofi Liga Champions adalah 11 tahun lalu bersama Barcelona. Sudah lebih dari 1 dasawarsa.

Kerinduan pasti ada. Peluang itu sudah di depan mata. Guardiola datang ke Portu dengan membawa optimisme sebagai calon juara Liga Champions musim ini.

Akan tetapi, Thomas Tuchel berhasil meramu timnya dengan cerdik. Anak-anak asuh Guardiola tak berdaya. Kendati mendominasi penguasaan bola, gol tunggal Kai Havertz tetap menjadi penentu kemenangan Chelsea di Final.

Guardiola gagal meraih trofi Liga Champions di Portu. Barangkali masuk final pertama kali untuk Man City adalah penghiburan terdalam.

Bagaimana pun, usaha Man City selama satu musim membuahkan hasil cukup baik dengan menjadi Runner-up dari kompetesi bergengsi di Eropa.

Lagi-lagi Guardiola belum beruntung selama melatih tim di luar Barcelona. 3 musim di Bayern Munchen berakhir hampa. Saat ini menjadi musim ke-4 di Man City.

Padahal, kalau ditimbang Bayern Munchen mempunyai sejarah yang kuat di Liga Champions. Sementara itu, Man City terbilang sebagai salah satu tim kuat di Eropa.

Akan tetapi, keberuntungan tidak memihak Guardiola selama melatih Munchen dan Man City. Seperti kena kutukan.

Tentang kutukan, tak sedikit orang yang mengingat kata-kata dari agen Yaya Toure, Dimitri Seluk. Seluk pernah menyatakan bahwa keputusan Guardiola mengesampingkan Toure sebagai pemain inti dalam pertandingan terakhirnya di Man City akan mendapat kutukan dari para dukun asal Afrika (Marca.com 30/5/21).

Seluk bahkan secara khusus menyebutkan bahwa sikap Guardiola kepada Toure telah membuat banyak suporter asal Afrika yang meninggalkan Man City. Bahakn dia meyakini bahwa pada waktu yang akan datang para dukun asal Afrika tidak mengijinkan Guardiola memenangkan Liga Champions.  

Guardiola dan Toure pernah bekerja bersama di Barca dan Man City. Namun, relasi keduanya kurang terlalu harmonis.

Di Barca, Toure dibiarkan pergi karena Pep lebih memilih Sergio Busquets di posisi Toure. Di Man City, Toure juga tidak terlalu dipedulikan selama Pep menjadi pelatih. Bahkan Toure pergi dari Man City dengan perasaan kurang enak dengan Pep.

Kegagalan Pep bersama Man City di Liga Champions kerap dihubungkan dengan pernyataan Seluk. Sewaktu Pep kandas di tangan Lyon, pernyataan Seluk menjadi buah bibir di media. Begitu pula, ketika Pep kandas di partai final kontra Chelsea.

Tak lepas dari kegagalan di Portu, Pep kembali dituduh mengeluarkan air mata buaya sewaktu melakukan wawancara tentang kepergian Sergio Aguero.

Pep memuji kontribusi besar Aguero untuk Man City. Dalam wawancara itu, Pep tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Akan tetapi, saudara dari Aguero, Mauricio del Castillo menilai kalau air mata Pep penuh kepalsuan. Tidak berasal dari dalam hati. Bahkan saudara dari Aguero juga menyatakan bahwa Pep tidak terlalu menghendaki Aguero di Man City sejak dia tiba di Man City.

Hal ini pun dinyatakan oleh ayah Aguero. Ayah Aguero melihat bahwa air mata Pep adalah palsu. Pasalnya, Pep menyebut Aguero sebagai pemain penting di Man City, namun kenyataannya Aguero tidak terlalu dipedulikan.  

Nasib Aguero di Man City berakhir pada musim ini. Klub tidak memberikan perpanjangan kontrak.

Musim 2020/21, Aguero jarang diturunkan. Faktor cedera menjadi salah satu alasan.

Pep lebih memilih memainkan gelandang serang daripada menempatkan Aguero atau pun Gabriel Jesus di lini depan. Termasuk dalam final Liga Champions. Aguero baru masuk pada babak kedua tetapi tidak bisa mempengaruhi keadaan.

Fakta ini bisa membahasakan jika Pep sebenarnya tidak membutuhkan peran Aguero di lini depan. Maka dari itu, tuduhan tangisan buaya Pep pun bisa saja tak berlebihan.

Karakter Pep terbilang sebagai pelatih yang keras.  Disiplin dengan para pemain. Yang tidak ikut aturan akan siap berhadapan dengan bangku cadangan ataukah siap-siap angkat kaki dari timnya.  

Karena karakternya ini, penampilan tim juga ikut berkembang. Taktinya bisa berjalan sesuai rencana.

Faktor juara Liga Champions mungkin saja waktu. Nasib keberuntungan belum berpihak kepada Pep pada musim ini. Kalau gagal lagi musim depan, barangkali Pep harus mencari penangkal dari kutukan ala dukun asal Afrika dan kembali mengevaluasi relasinya dengan para pemain.

Salam

  

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun