Penentuan Carlo Ancelotti sebagai pelatih Real Madrid cukup mengejutkan. Pasalnya, Ancelotti tidak terlalu dibicarakan sebagai calon kuat pengganti Zidane.
Yang beredar di media adalah Poccetino yang sementara melatih PSG, mantan anak emas Real Madrid Raul Gonzales hingga Antonio Conte yang baru saja meninggalkan Inter Milan.
Spekulasi melenceng. Madrid lebih memilih Ancelotti yang berkarir di Everton.
Everton sendiri tampil apik di awal musim 2020/21. Namun, Everton perlahan menemukan ketidakstabilan di paru kedua musim kompetesi.
Ancelotti tak bisa disalahkan sepenuhnya. Skuadnya di Everton memang tidak cukup untuk berkompetesi dengan tim sekelas Manchester City, Liverpool, dan Chelsea di Liga Inggris.
Barangkali kalau Ancelotti diberikan tim sekuat Man City atau Chelsea, ceritanya bisa berbeda. Hal itu terbukti di beberapa klub besar yang pernah dilatih Ancelotti.
Ancelotti bukanlah muka baru di ruang ganti Madrid. Dia pernah melatih Madrid selama 2 musim (2013-15). Selama 2 musim masa kepelatihannya itu, Ancelotti tampil cukup positif.
Dia berhasil mengantarkan Madrid meraih trofi Liga Champions, Copa del Rey, Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antar Klub. Sayangnya, Ancelotti gagal membawa Real Madrid meraih trofi La Liga Spanyol.
Ancelotti juga mencatatkan rekor yang cukup memuaskan. Ancelotti pernah mengantarkan Madrid meraih 22 kemenangan secara berturut dari semua kompetesi. Rata-rata kemenangan selama 2 musim di Madrid adalah 74.7 persen.
Raihan yang paling tinggi dalam karir kepelatihannya. Kinerja Ancelotti pada musim 2013-15 itu pun memberikan optimisme kepada fans Real Madrid.
Paling tidak, Madrid sudah pernah merasakan keberhasilan Ancelotti. Harapannya, kesuksesan yang sama itu bisa terjadi kembali. Â
Maka dari itu, menggantikan Zidane dengan Ancelotti bisa dilatari oleh faktor sejarah. Ancelotti sudah membuktikan kehebatannya di Madrid.